Senin, 27 Juni 2016

Path to Final Decision






Path to Final Decision

Aziza Restu Febrianto


Setelah secara resmi ditetapkan sebagai pemeroleh beasiswa/ Awardee LPDP pada tanggal 10 Desember 2015, tugasku selanjutnya adalah mencari Letter of Offer/ Acceptance (LoA) Unconditional dari Universitas di luar negeri. Kali ini aku harus mendapatkan LoA itu dari universitas di Negara berbahasa Inggris/ English speaking countries yang masuk dalam daftar LPDP karena aku berjanji kepada tim seleksi wawancara akan melanjutkan kuliah di Negara itu. Tantangan yang cukup berat bagiku karena untuk dapat diterima di salah satu universitas, aku harus mendapatkan skor rata-rata IELTS 6.5 – 7 dan masing-masing bagian tidak boleh dibawah 6. Selain itu biaya IELTS juga cukup mahal bagiku. Secara aku harus keluar uang hampir 3 juta hanya untuk mengambil tes. 

Saat mendaftar LPDP, aku sudah memegang LoA Conditional dari 2 universitas di Australia, yaitu Monash University dan University of Wollongong (UoW). Setelah berfikir dan merenung panjang, akhirnya aku memilih University of Wollongong sebagai tujuan kuliahku. Setelah dinyatakan lulus seleksi, aku tercatat sebagai Awardee dengan UoW Australia sebagai universitas tujuan. Namun yang aku heran adalah saat seleksi wawancara dulu tim penyeleksi justru memberikan saran kepadaku untuk kuliah di kampus yang lebih besar dan tinggi peringkatnya. Mempertimbangkan perkataan penyeleksi, aku mulai berfikir bahwa sebenarnya ada peluang untuk bisa pindah universitas seandainya aku lulus nanti. Walaupun aku juga sadar diri karena belum bisa memenuhi syarat IELTS, sebenarnya ada juga sih keinginan untuk pindah kampus tujuan jika seandainya aku lulus. Jadi kuncinya adalah hanya dengan modal sertifikat IELTS yang memenuhi standard, aku bisa memilih universitas manapun yang aku suka. Istilahnya IELTS ini adalah SIM yang wajib diambil untuk bisa kuliah di Negara berbahasa Inggris.

Selesai kegiatan Persiapan Keberangkatan (PK) selama 6 hari di Depok (18-23 Januari 2016), aku mulai fokus mempersiapkan IELTS. Aku butuh sekitar 2 bulan untuk persiapan ini, dimulai dari awal Februari hingga akhir Maret agar aku bisa mengambilnya di awal April (2 April 2016). Kisah dan pengalaman mempersiapkan IELTS ini akan aku share di artikel lain di blog ini.  Sambil mempersiapkan IELTS, aku mencari universitas yang cocok mulai dari Browsing informasi di portal website hingga mendatangi agennya. Proses pencarian ini membuatku melirik beberapa universitas di Inggris/ United Kingdom. Yang membuatku tertarik untuk kuliah di Inggris adalah reputasi system pendidikan yang sangat tinggi dan lingkungan belajar yang bagus. Selain itu UK juga dekat dengan Negara-negara lain di Eropa sehingga aku bisa sekaligus belajar budaya dari Negara yang berbeda. Nah, waktu itu aku menjatuhkan pilihanku pada University of Nottingham dan mendapatkan LoA Conditional darinya pada tanggal 16 Maret 2016. Selain cukup terkenal, kampus ini juga tidak mensyaratkan skor IELTS yang tinggi-tinggi amat…hehehe. Yang jelas aku juga harus mencari alternative kampus bagus jika skor IELTS ku masih kurang.

Singkat cerita, akhirnya aku bisa memperoleh skor IELTS standard yang bisa aku gunakan untuk mendaftar universitas sesuai keinginanku. Setelah mendapat sertifikat IELTS, akupun langsung berfikir kenapa aku tidak mengambil kesempatan untuk kuliah di universitas terbaik dunia. Saatnya surfing mencari informasi kampus di UK seperti Cambridge dan Oxford. Sayang sekali waktu mengunjungi website resmi mereka, jurusan yang sesuai tidak aku temukan di Cambridge. Meskipun bidangku masih ada kaitannya dengan Linguistik yang available di Cambridge, aku lebih tertarik untuk mendalami bidang pendidikan. Pilihan kedua adalah Oxford University. Tapi kesal juga karena periode pendaftarannya sudah tutup di bulan Maret. Well, ya sudahlah… Udah nasib untuk tidak bisa kuliah di dua kampus top ini. By the way, walaupun masih ada kemungkinan untuk mendaftar kampus di Amerika alias USA yang rata-rata bereputasi tinggi itu, tidak tahu kenapa aku susah sekali tertarik. Jujur, keinginan pertamaku sebenarnya adalah ingin mengetahui kehidupan Eropa yang kata orang sangat civilized sekali. Sehingga aku belum jatuh cinta pada USA meskipun aku sangat suka dengan gaya mereka dalam berbahasa inggris......haha.

The hunting action continued dengan mencari informasi sebanyak-banyaknya tentang jurusan pendidikan terbaik di dunia. Portal www.topuniversities.com/university-rankings dan https://www.timeshighereducation.com  ini yang menjadi sumber utama pencarianku. Selain itu aku juga bertanya pada agen-agen mereka seperti Sun Education cabang Semarang dan IDP pusat Jakarta . Proses pencarianpun berakhir dan aku bisa mendapat kesimpulan 3 universitas terbaik di UK di bidang pendidikan, yaitu:

  •        University College London (UCL)
  •              University of Edinburgh (UoE)
  •           University of Manchester (UoM)

      Untuk bisa diterima dan kuliah di salah satu universitas top itu, aku harus mengambil langkah strategis…hehe. Pada intinya aku harus mengambil posisi aman yaitu dengan mendaftar universitas yang aku memiliki kemungkinan diterimanya. Pertama, aku putuskan untuk mendaftar University of Manchester dengan jurusan MA TESOL melalui agen Sun Education di Semarang. Sambil menunggu aku juga mendaftar University of Edinburgh pada tanggal 30 April 2016 dengan jurusan yang sama secara mandiri. Karena ingin mendapatkan kepastian LoA dari kampus yang lebih baik, akhirnya aku memutuskan untuk mengirim surat ke pihak admission University of Edinburgh yang menyatakan bahwa untuk keperluan beasiswa saya sangat membutuhkan LoA Unconditional segera. Alhamdulillah….SubhanallAh…. Dalam waktu 2 hari, suratku mendapatkan balasan yang positif. Tepat pada tangga 3 Mei 2016 secara resmi aku mendapatkan LoA unconditional. 

Bahagia sekali rasanya karena hanya dalam waktu yang singkat aku bisa mendapatkan respon positif dari kampus yang top di dunia.  Namun, 2 hari kemudian perasaan galau menghantuiku karena aku mendapatkan pesan dari Sun Education melalui What’s Up berisi ucapan selamat telah mendapat LoA Unconditional dari University of Manchester. Di satu sisi, aku sangat bersyukur bisa diterima di dua universitas top ini. Tapi disi lain aku harus memilih salah satu. Setelah mempertimbangkan banyak hal, akhirnya aku putuskan untuk mengambil Edinburgh dan membatalkan kuliah di Manchester. Sumpah….gak enak banget rasanya udah ngrepotin Sun Education untuk proses aplikasi ke Manchester yang akhirnya aku Cancel. Karena rasa gak enak ini, aku konsultasi dulu ke pihak Sun Education tentang rencanaku ini. Mereka menyarankanku untuk membuat surat pernyataan Cancel beserta semua alasan-alasan yang bisa diterima. So, aku buat deh surat itu dengan perasaan berat hati. Gilaa… PHP banget aku ya. Tapi keputusan ini insyaAllah demi amanah beasiswa dan masa depan yang lebih baik tentunya.

Well….mendapatkan LoA Unconditional dari University of Edinburgh bukan berarti aku langsung puas begitu saja. Aku masih dihantui rasa penasaran yang tinggi untuk melirik University College London (UCL) dimana reputasi dan rankingnya sangat bagus. Banyak sekali para Awardee LPDP yang mendaftar di kampus ini. Setelah membaca semua referensi tentang kampus, tidak salah bahwa UCL menempati Ranking 7 di dunia untuk tahun 2016/2017. Yang membuatku takjub adalah peringkat jurusan Education yang menempati posisi pertama di dunia menurut QS World Ranking.  Walaupun ingin sekali mendaftar di UCL, masih ada keraguan dalam diri apakah aku bisa diterima dan menjalani kuliah di kampus itu ya. Akupun sempat bertanya-tanya ke rekan atau kenalan yang sudah kuliah disitu serta salah satu agen UCL di Jakarta. Sempat kaget karena katanya program MA TESOL sudah ditutup pendaftarannya. Akupun sempat urung mendaftar setelah mengetahui kabar ini. Kabar tidak baik ini sempat membuatku putus asa, tapi berbekal keyakinan aku mencoba mencoba mencari informasi lebih lanjut di website resminya dan menemukan bahwa pendaftaran masih dibuka hingga 29 Juli…. Sebel juga telah dibohongi. Pelajarannya, jika ingin mendaftar kuliah dan mantab dengan pilihan kita, mending kita coba saja cari informasinya sendiri. Tidak semua agen pendidikan itu baik hati memberikan informasi sesuai keinginan kita. Terkadang karena promosi, banyak diantaranya menawarkan universitas lain yang belum tentu sesuai dengan kita. 

Setelah mendapatkan informasi tentang prosedur pendaftaran dan rekomendasi dari 2 orang dosen, akhirnya ini nih my final decision!

10 Mei : Applying for MA TESOL Program di UCL and sending a letter to the department (Gourlay Lesley)
11 Mei: First refence submitted
12 Mei: Second reference submitted
17 Mei: Response from Andrea Revesz
18 Mei: LoA Unconditional was issued


Alhamdulillahirabbil'alamin......
Maka nikmat Tuhanmu manakah yang kamu dustakan.....
Sujud syukur......
SubhanAllah....... 


Unconditional LoA from The University of Manchester



Unconditional LoA from The University of Edinburgh



Unconditional LoA from University College London/ UCL Institute of Education

Jumat, 17 Juni 2016

Pre-Departure Event




Pre-Departure Event

UCL Institute of Education


By Alumi Embassador and Student representative
At DoubleTree by Hilton Jakarta – Diponegoro, Jl. Pegangsaan Timur No. 17, Cikini – Menteng, Jakarta Pusat, 10310, Indonesia


Aziza Restu Febrianto


Pada hari Sabtu, 11 Juni 2016 aku menghadiri sebuah acara Pre-Departure Event oleh perwakilan Institute of Education (IOE) University College London (UCL) di Hotel Double Tree Hilton di Jl. Pegangsaan Timur No. 17, Cikini – Menteng, Jakarta Pusat. Dalam acara ini aku bersyukur bisa bertemu dengan beberapa teman awardee LPDP lainnya yang akan kuliah di fakultas yang sama pada 26 September 2016 nanti. Selanjutnya ada 3 orang pemateri yang hadir pada event ini. Salah satunya adalah mba Sri Saraswati yang merupakan lulusan dari IOE dengan spesialisasi Education Management sekitar tahun 2001 yang lalu. Di awal presentasi, datanglah mba Ince Dian Apriliyani Azir yang kebetulan merupakan mahasiswi  MA TESOL di UCL Institute of Education tahun ini. Saat ini dia sedang mendapatkan kesempatan pulang ke tanah air untuk  melakukan penelitian Thesis selama 11 hari. Dia berinisiatif menyempatkan diri untuk datang membantu kita mempersiapkan keberangkatan ke London nanti…SubhanaAllah. Sebelum event pun mba Ince juga sudah sangat aktif membantu memberikan informasi dan menjawab berbagai macam pertanyaan kita via media sosial seperti Telegram, Line dan facebook. Bahkan untuk datang ke acara ini, dia juga sudah berkomunikasi secara langsung dengan pihak international office, Mr. Danielle Noem.

Event ini diawali dengan cerita sejarah IOE dan UCL oleh mba Sri Saraswati. Beliau tentunya juga berbagi pengalaman sewaktu kuliah di IOE yang dulu belum diakuisisi oleh UCL. Walaupun begitu IOE sudah masuk peringkat terbaik dunia di bidang pendidikan saat itu. Selesai cerita, kemudian dilanjutkan dengan kepengurusan VISA. Beliau selalu menekankan bahwa mengurus VISA ke United Kingdom (UK) sama sekali tidak sulit. Asalkan semua dokumen terpenuhi, maka proses akan lancar. Beliau juga memberikan gambaran bagaimana prosesnya dan apa yang harus dilakukan ketika sudah mendapatkannya. Tentu saja salah satunya adalah akomodasi. Beliau mengingatkan kita bahwa Deadline pemesanan Student Hall di UCL adalah tanggal 30 Juni 2016 sehingga kita harus segera melakukan Booking ASAP karena walaupun sudah memesan, kita juga akan masuk antrian panjang. Sebenarnya tinggal di Student Hall ini hanyalah salah satu pilihan. Kita bisa juga tinggal di Private House yang ada di sekitar kampus. Mbak yang biasa dipanggil Ati ini memberikan saran jika ingin mendapatkan tempat tinggal yang lebih murah, pilihlah Student Hall. Selain itu kita juga akan dapat berinteraksi dan belajar budaya mahasiswa lain dari berbagai Negara yang tinggal disini. Jika kita ingin memilih Private House, pastikan juga lokasinya. Lokasi tempat tinggal yang paling dekat berada di ZONA 1. Sedangkan ZONA 2 dan 3 lokasinya lebih jauh untuk menuju ke kampus. Setelah dokumen dan beberapa perlengkapan keberangkatan kita sudah siap, langkah selanjutnya adalah memikirkan tentang apa yang akan kita lakukan saat pertama kali tiba di kota London.  

Mempersiapkan diri saat tiba di kota London sangtalah crucial khususnya cuaca yang sangat extremely different dengan Indonesia. Tapi beliau bilang, kita tidak usah membawa pakaian hangat yang banyak dari rumah karena itu akan percuma karena kita bisa membelinya saat tiba disana dengan harga yang murah. Lagipula dengan banyaknya barang yang kita bawa, kita akan justru terbebani. Terkait dengan barang bawaan ini, beliau selalu menekankan kepada kita untuk tidak membawa barang yang banyak karena semua itu bisa dibeli di London. 

Berikut adalah list barang yang harus kita bawa saat melakukan perjalanan ke UK dari Mr. Danielle:
1.       Hand Luggage/ tas tangan
-          Valuables (Phone, wallet, iPod, etc)
-          Passport (containing visa if applicable)
-          UCL Unconditional Offer Letter and/ or CAS email
-          Financial evidence atau bukti keuangan dari sponsor
-          Alamat akomodasi di UK
-          Tickets/ online flight booking
-          Sejumlah uang receh dalam Poundsterling (untuk keperluan transportasi, makan, dsb saat pertama kali sampai di London

2.       Hold Luggage/ Koper besar
-          Saat packing, pastikan terdapat label identitas dalam Bahasa Inggris
-          Periksa berat koper kita. Jika beratnya melebihi standard, maka akan ada biaya tambahan. FYI, berat standard koper untuk pesawat Garuda bisa mencapai 40 kg. Sedangkan untuk pesawat lainnya adalah 30 kg.
-          Fotokopi semua dokumen penting seprti VISA, Passport, Foto Passport, dsb.
-          Pakaian – Pastikan pakaian yang kita bawa sesuai dengan kondisi semua cuaca di London. Akan lebih menghemat jika kita membelinya saat kita sampai disana nanti.
-          Barang-barang elektrik termasuk Travel Adaptor dan barang pribadi lainnya.
-          Jangan membawa semua barang yang dimiliki. London memiliki ratusan toko untuk semua itu dengan harga yang terjangkau.

3.       Apa yang tidak usah dibawa?
-          Barang – barang yang bisa dibeli di UK.
-          Buku. Sejumlah buku yang kita bawa justru akan menambah beban koper dan mempersulit kita sendiri. Kita juga tidak perlu mempersiapkan buku – buku bacaan untuk kuliah karena daftar buku/ Reading list akan diberikan saat kita kuliah nanti.
-          Handuk dan tempat tidur. Dengan barang bawaan semacam ini, selain memenuhi koper, anda juga akan mendapatkan kompensasi biaya tambahan secara lokal di UCL.
-          Beberapa benda terlarang. Untuk mengetahui benda-benda yang terlarang untuk dibawa, kita bisa melihatnya di http://www.hmrc.gov.uk/customs
 
Saat tiba di kota London nanti, jika kita ingin mendapatkan transportasi murah menuju kampus dan tempat tinggal kita, beliau menyarankan untuk tidak memakai Taksi karena biayanya sangat mahal. Kita biasa memakai Tube atau bis kecil. Sedangkan selama kita tinggal di London, alangkah lebih baiknya kita juga membiasakan diri untuk memasak. Pengeluaran untuk makan dengan memasak ini jauh lebih rendah dibandingkan dengan membeli makan diluar. Nah, untuk peralatan dan perkakasnya biasanya disediakan di Student Hall bagi yang tinggal disana. Untuk yang tinggal di Private House, itu tergantung Landlordnya sih. Sedangkan untuk bahan-bahan memasak seperti bumbu, sayur mayur, ikan dan daging bisa didapatkan di China Town. Semua bahan itu sangat terjangkau harganya disana. Selain itu mie instant yang kita jumpai di Indonesia juga akan banyak kita temui disana.

Masih banyak sebenarnya informasi yang diperoleh tentang persiapan studi di London dan UK pada event kali ini. Jika ditulis, bisa menghabiskan banyak halaman….hehe. Kalau ada yang ingin tahu informasi lebih lanjut, tanyakan saja langsung di emailku atau sosmed ku. Dengan senang hati aku akan membalasnya. Thank you.

Pada saat mengetik artikel ini aku sedang mengurus tes kesehatan dan TBC di Rumah Sakit Premierre Jatinegara dan tinggal di sebuah kos sekitar Jl. Gunung Sahari, Jakarta Pusat. Aku memutuskan tinggal di kos ini karena lokasinya yang cukup dekat dengan kantor LPDP. Besuk aku berencana mengumpulkan kontrak yang diminta LPDP untuk dikirimkan sebelum tanggal 14 Juni 2016. Bismillah… Mudah-mudahan besuk semua urusan diperlancar dan ini akan menjadi momen yang tak terlupa dalam hidupku…Amin.


Jakarta, 13 Juni 2016

Rabu, 08 Juni 2016

Memilih profesi atau pekerjaan?






Sebelum membahas lebih lanjut mengenai topik ini, alangkah lebih baiknya kita pahami terlebih dahulu definisi apa itu profesi dan pekerjaan. Menurut ensiklopedia bebas, Wikipedia, profesi adalah pekerjaan yang membutuhkan pelatihan dan penguasaan terhadap suatu pengetahuan khusus. Sedangkan pekerjaan merupakan kegiatan yang tidak harus tergantung pada suatu keahlian tertentu. Sehingga setiap orang dimungkinkan memiliki pekerjaan, namun tidak semuanya bertumpu pada suatu profesi. Profesi merupakan pekerjaan, namun tidak semua pekerjaan adalah profesi. Profesi memiliki karakteristik sendiri yang membedakannya dari pekerjaan lainnya. Biasanya orang yang memiliki profesi khusus di bidangnya mendapatkan penghargaan atau bayaran yang baik.

Banyak orang terjebak dalam definisi ini dan berfikir bahwa kesuksesan mereka ditentukan oleh seberapa keras mereka dalam pekerjaan yang mereka tekuni sehari-hari. Memang tidak salah bahwa kesuksesan membutuhkan kerja keras. Namun kerja keras yang seperti apa itu? Coba kita perhatikan kegiatan para penjual roti keliling setiap harinya. Seharian mereka berkeliling kompleks menjajakan dagangannya berharap pulang dengan membawa uang untuk anak dan istrinya. Mungkin ada diantaranya yang sukses dengan pekerjaan ini, akan tetapi terbukti rata-rata penghasilan mereka hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari saja. Berbicara mengenai kesuksesan memang relatif sih dan masing-masing orang memiliki pandangan yang berbeda-beda. Apalagi kalau dihubungkan dengan arti sukses dalam agama, pastinya lebih abstrak lagi urusannya. Dalam topik ini saya lebih melihat kesuksesan dari sudut pandang umum yang ditandai dengan kemampuan seseorang dalam memenuhi paling tidak kebutuhan primer dan sekundernya. 

Saya ambil contohnya profesi mengajar. Tidak sedikit teman-teman sekolah dulu yang mengambil profesi keguruan dengan mengambil kuliah jurusan kependidikan seperti Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP), STIKIP atau Universitas Terbuka (UT). Saya tentunya tidak mengetahui pasti alasan kenapa mereka memutuskan mengambil profesi ini. Yang jelas menurut saya bahwa orang yang melanjutkan studi keguruan dan kependidikan itu sudah tentu cita-citanya menjadi seorang pengajar atau pendidik. Namun, jika melihat realita, ternyata menjalani profesi sebagai pengajar ini tidak semudah yang dibayangkan. Seperti yang kita ketahui bersama, banyak sekali guru di sekolah yang honor dan penghasilannya sangat tidak layak. Hanya guru PNS atau yayasan besar sajalah yang mampu mendapatkan gaji sesuai. Tidak mudahnya mendapatkan kesempatan diangkat PNS atau bisa mengajar di sekolah yayasan besar membuat para lulusan keguruan terpaksa mengabdi menjadi guru honor di berbagai sekolah negeri. Tentu saja mereka juga berfikir bahwa ilmu yang sudah mereka peroleh di bangku kuliah akan sia-sia jika tidak diamalkan dengan menjadi guru di sekolah. Banyak juga diantaranya yang beranggapan bahwa dengan mengabdi di sekolah negeri, suatu saat mereka pasti akan diangkat menjadi PNS. Diantara mereka ada juga yang akhirnya memutuskan untuk tidak menekuni bidangnya ini, lalu beralih profesi. Ada yang memilih bekerja di bank, pabrik atau perusahaan-perusahaan swasta lain yang pastinya lebih memberikan kepastian gaji layak. 

Jika melihat kondisi ini, bisa disimpulkan bahwa rata-rata orang masih menganggap bahwa satu-satunya bentuk kesuksesan adalah mempunyai pekerjaan tetap, uang dan materi. Sehingga pekerjaan apapun walaupun berat dan penuh tekanan tetap mereka jalani untuk bisa mendapatkan jenis keberhasilan ini. Ada pula orang yang berfikir bahwa hidup itu yang paling penting adalah kebahagiaan dan ketenangan. Walaupun mengajar di sekolah dengan gaji yang sedikit, asal bisa berada dekat dengan keluarga dan sanak saudara itu sudah lebih dari cukup. Lalu apa yang seharusnya kita pilih? Profesi guru dengan gaji yang memprihatinkan karena susahnya menjadi PNS? Atau bekerja sebagai karyawan dengan tuntutan dan rutinitas kerja yang harus dijalani? Masing-masing orang punya pilihannya dan setiap pilihan pasti ada konsekuensinya.

Karena kata orang hidup itu adalah soal pilihan, jika diminta memilih antara profesi atau pekerjaan, maka secara tegas saya memilih profesi. Dan profesi yang saya pilih adalah pengajar dan berharap menjadi peneliti. Untuk lebih amannya saya tidak menggunakan istilah profesi guru ataupun dosen karena profesi ini menurut pandangan umum memiliki tuntutan dan ikatan resmi. Sedangkan profesi pengajar dan peneliti itu tidak terbatas pada institusi atau tempat mereka mengabdi, tapi mereka siap ditempatkan dimana saja dan dalam kondisi apapun. Pengajar dan peneliti merupakan profesi yang bebas dan independen. Mereka sangat mencintai bidang yang digelutinya, dengan senang hati mengembangkan keterampilan mengajar mereka dan selalu mempertajam intuisinya. Kenapa saya lebih memilih profesi yang bebas tanpa keterikatan? Saya hanya ingin menanamkan pola pikir bahwa dimanapun saya berada, saya harus terus berkarya dan mengembangkan diri tanpa adanya tuntutan aturan yang terkadang membelenggu kreativitas. Sejatinya, manusia itu menginginkan kebebasan, dan kreativitas manusia itu muncul dari keleluasaan berkarya dan berfikir dengan tanpa adanya paksaan. Well, seperti yang saya sampaikan diatas, tentu pilihan saya ini ada konsekuensinya.

Konsekuensi pertama adalah lambannya saya dalam mendapatkan karir impian (menurut pandangan umumnya orang sih). Pengalaman saya membuktikan bahwa dengan fokus mengasah keterampilan mengajar dan keilmuwan tanpa pendidikan formal membuat saya tertinggal dari teman-teman saya yang sudah mengambil pendidikan formal lanjutan terlebih dulu. Banyak diantara teman-teman kuliah saya dulu memutuskan untuk langsung beralih profesi dengan bekerja di perusahaan besar dan menggunakan sebagian penghasilannya untuk biaya kuliah lagi. Sehingga setelah lulus kuliah, dengan gelar S2 yang didapat, mereka bisa diterima mengajar di perguruan tinggi impian mereka. Berbeda dengan saya yang ingin lebih fokus pada keahlian, keterampilan, wawasan dan ilmu saja. Bukan berarti melanjutkan kuliah formal itu kurang memperhatikan itu. Justru mereka yang melanjutkan pendidikan formal itu tingkat keilmuwan mereka sangat mendalam. Hanya saja, pendidikan formal seperti bukan merupakan tujuan utama saya. Dalam hidup, saya hanya ingin mencari ilmu dan bisa mengamalkannya secara langsung di masyarakat. Sebagai seorang pengajar Bahasa Inggris yang merupakan bahasa internasional, tentu saya mendambakan untuk bisa menimba ilmu di Negara dimana bahasa itu berasal. Selain lamban dalam mendapatkan karir impian, kosekuensi lainnya adalah kesejahteraan yang juga terlambat datang pada saya. Namun, bagi saya untuk mendapatkan sesuatu yang besar, kita harus berani berinvestasi. Fokus pada ilmu dan cita-cita kemudian menahan diri untuk tidak tergoda dengan kesenangan pribadi merupakan modal utama. Sehingga saya lebih suka mengeluarkan uang banyak untuk keperluan profesi daripada membeli hal-hal lainnya. 

Saya sengaja menunda untuk berkuliah S2 di dalam negeri agar supaya saya bisa mengambilnya di negara seperti Australia, Inggris atau Amerika suatu hari nanti dengan beasiswa. Sehingga menurut saya walaupun saya belum mendapatkan karir yang saya inginkan karena masih bergelar S1, saya tidak mau berkecil hati dan terus berlatih mengajar dan mengikuti berbagai macam pelatihan, workshop maupun konferensi. Bagi saya ilmu yang didapat dari praktik dan pengalaman jauh lebih berguna dan bermanfaat. Oleh karena itu jika seandainya saya diberi kesempatan untuk kuliah di luar negeri nanti, bukan gelar atau ijazah yang menjadi satu-satunya tujuan saya, tapi ilmu dan pengalamanlah yang harus menjadi niatan suci itu. Tidak hanya sampai disitu saja, mengenal budaya di beberapa Negara lain serta memiliki jaringan yang luas juga merupakan impian besar saya. Dengan semua pengalaman dan jaringan ini, harapan saya adalah agar saya lebih bisa berguna bagi keluarga, masyarakat dan Negara saya kedepan. Saya meyakini bahwa yang dibutuhkan negara ini bukanlah orang yang hanya ahli dibidangnya saja, akan tetapi mereka yang memiliki pola pikir terbuka, wawasan luas, fleksibilitas, keberanian, rela berkorban dan tidak memikirkan kekayaan atau kesejahteraannya sendiri. Orang-orang seperti inilah yang justru mampu mengendalikan dan membangun sistem yang efektif dan secara massif mempengaruhi orang lain dalam jumlah besar untuk melakukan hal yang sama. Saya tidak bisa membayangkan jika jumlah tipe orang seperti ini semakin banyak di negeri ini, maka visi Indonesia emas tahun 2045 pasti akan segera terwujud.

Ulasan ini menunjukkan secara jelas bahwa memilih bidang pekerjaan dengan bertumpu pada profesi ternyata lebih banyak memberikan manfaat, tidak hanya bagi kita sendiri, tapi juga lingkungan dan bangsa. Semoga kita tidak termasuk orang yang hanya fokus pada pekerjaan, rutinitas dan penghasilan saja, tapi lebih menganggap pekerjaan itu sebagai profesi kita sehingga kita bisa terus berkembang dan bermanfaat. Dan profesi itu hanya bisa diraih melalui ilmu, pengalaman dan keterampilan yang secara terus menerus diasah sampai seseorang itu menjadi ahli di bidangnya.
Ask not what your country can do for you. But ask what you can do for your country
(John F. Kennedy)
Percayalah….. Jika kita terus berkomitmen mencari ilmu dan mengamalkannya secara tulus, Allah akan mencukupkan rezeki kita…. Dimanapun kita berada. Bahkan IA justru akan mengangkat derajat kita. Itulah janjiNya dalam QS. Al-Mujadilah ayat 11.
Hai orang-orang beriman apabila dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majlis", maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.