Rabu, 28 Agustus 2019

Buku Single Pertamaku [RESENSI]


Judul: English:The Legacy of Colonialism and New Form of Imperialism. Sejarah Bahasa Inggris dan Pengaruhnya Terhadap Dunia dan Indonesia

Penulis                     : Aziza Restu Febrianto
Penerbit                    : Penerbit Ernest
Halaman                   : xvi + 203 hlm; 14,9 cm x 21 cm
ISBN                         : 978-602-5640-65-00
Harga Normal           : 69.000 (Belum termasuk Ongkir)
.
Kebanyakan orang mungkin telah familiar dengan sebutan Bahasa Inggris sebagai Bahasa internasional, Bahasa Inggris sebagai Bahasa global atau bahkan Lingua Franca masyarakat dunia. Kita boleh saja percaya akan pernyataan itu ataupun menyanggahnya. Buku ini berusaha memberikan paparan fakta berupa sejarah dan analisa ilmiah tentang bagaimana sebuah bahasa kuno yang awalnya muncul di daratan Jerman utara, berekspansi ke kepulauan Britania dan kemudian secara cepat menyebar luas di seluruh dunia serta menjadi bahasa yang penggunaannya sangat dominan di berbagai bidang sampai sekarang. Buku ini juga secara khusus memaparkan sebuah kajian literatur tentang dominasi dan pengaruh Bahasa Inggris terhadap kebijakan bahasa, kondisi sosiokultural masyarakat dan ekosistem bahasa di Indonesia. Walaupun status Bahasa Inggris adalah asing di Indonesia, pada kenyataannya Bahasa Inggris justru menjadi bagian atau komponen dari berkembangnya identitas Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional serta bahasa lokal lainnya di Indonesia. 
.
Cara pesan : English_Nama_Alamat_Jml_No WA
.
Kirim SMS atau WA ke @penerbiternest 081231632460
.
ATAU
.
Ke penulis melalui IG message, 085815628615 (WA) dan email: restu.febrianto86@gmail.com
.
Versi E-book dapat dipesan melalui tautan berikut: Unduh E-book


What do they say about the book?

“Kemajuan teknologi dan globalisasi saat ini tentu saja semakin memperkokoh posisi Bahasa Inggris sebagai Bahasa Internasional. Bagaimana peran Bahasa Inggris di era disrupsi yang sudah ada di depan mata? Semoga buku ini berguna dan mendorong semangat  para pembaca untuk belajar Bahasa Inggris guna mengembangkan ilmu pengetahuan demi kemajuan Indonesia. Selamat membaca!”
Intan Permata Hapsari – Kepala International Office dan Dosen Jurusan Bahasa dan Sastra Inggris, Universitas Negeri Semarang.

“Buku yang wajib dibaca! Bagi pelajar, membacanya seperti sedang kuliah Sastra Inggris.”
I Wayan Darya – Dosen Jurusan Bahasa dan Sastra Inggris, Universitas Negeri Jakarta dan Alumni MA TESOL University College London, Inggris.

“Bagi kalian yang sedang belajar Bahasa Inggris, nggak afdol kalau ndak paham sejarah tercipta bahasanya. Nah, di buku ini diceritakan detail dengan cara yang nggak ngebosenin tentang sejarah Bahasa Inggris. Buku recommended banget pokoknya, terutama buat para pecinta Bahasa Inggris.”
Susari Anggraeni – Founder Go English Yogyakarta dan Alumni MA TESOL Queen’s University Belfast, Inggris

“Tak kenal maka tak sayang. Begitupula dengan Bahasa Inggris. Buku ini membuat kita akan lebih memahami seluk beluk dan pentingnya Bahasa Internasional ini. Sangat direkomendasikan untuk semua orang yang ingin mempelajari Bahasa Inggris dengan tujuan apapun.”

Siti Nur Fithriyati – Guru di SMPN 3 Barat Laut, Nusa Tenggara Timur (NTT) dan Masters Candidate at University of Nottingham, Inggris. 

Paper Seminar Nasional




FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRESTASI TARUNA PENDIDIKAN PELAYARAN DALAM MEMPELAJARI BAHASA INGGRIS SEBAGAI BAHASA KOMUNIKASI KEMARITIMAN

Aziza Restu Febrianto1, Haryani2
Program Studi KPN, Politeknik Bumi Akpelni
Program Studi Nautika, Politeknik Bumi Akpelni


Abstrak
Penelitian ini bertujuan mengeksplorasi dan menginvestigasi faktor apa saja yang mempengaruhi pencapaian belajar mahasiswa maritim dalam mempelajari Bahasa Inggris. Dalam penerapannya, 26 taruna dari Program studi Nautika dan Teknika Politeknik Bumi AKPELNI terlibat dalam penelitian ini. Pertama mereka diminta untuk mengisi angket terbuka (open-ended questionnaire) yang terdiri atas 10 pertanyaan untuk mencari peserta yang benar-benar representatif. Diantara 26 taruna, akhirnya terpilih 8 peserta yang mengikuti wawancara. Untuk mendapatkan informasi yang lebih mendalam dan luas, 8 peserta tersebut diminta untuk memberikan penjelasan jawaban yang mereka tulis di dalam angket. Mereka juga diminta untuk memberikan informasi lebih dan berbagi lebih banyak tentang ide, pengalaman, dan cerita mereka melalui wawancara. Keseluruhan cerita yang terekam dalam wawancara ini kemudian dianalisa dengan menggunakan pendekatan “Narrative Inquiry” dan “Critical Discourse Analysis” (CDA). Hasil penelitian ini menunjukkan 4 (empat) faktor kontributif yang mempengaruhi prestasi dan pencapaian taruna dalam belajar Bahasa Inggrs: Latar belakang keluarga, motivasi, keyakinan diri, dan pengalaman belajar. Diantara empat faktor ini, motivasi dan keyakinan diri dianggap menjadi faktor pentng yang paling kontributif.
Kata kunci: Faktor, Prestasi Mahasiswa Pelayaran, Belajar Bahasa Inggris


Paper ini dipresentasikan pada

1st National Seminar on "Kesiapan Dunia Maritim dalam Menghadapi Revolusi Industri 4.0" Oleh Politeknik Bumi Akpelni


Semarang, 24 Agustus 2019


Paper ini dapat diunduh di Unduh Paper Seminar


Buku Kolaborasi 2



KOMPILASI KISAH PARA PEJUANG BEASISWA LPDP merupakan karya emas hasil kolaborasi para penerima beasiswa LPDP alumni Universitas Negeri Semarang (UNNES) dari berbagai angkatan. Beragam kisah para pejuang beasiswa dihadirkan untuk memberikan inspirasi dan rujukan bagi calon penerima beasiswa LPDP. Berbagai latar belakang dan pengalaman yang berbeda para awardee (penerima beasiswa) akan memperkaya khasanah pengetahuan bagi para pembaca untuk sesegera mungkin mempersiapkan diri sebelum mendaftar beasiswa.

Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) merupakan lembaga yang memiliki tanggung jawab langsung kepada Menteri Keuangan dengan berpedoman pada kebijakan Dewan Penyantun yang terdiri dari Menteri Keuangan, Menteri Ristek-Dikti, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, serta Menteri Agama. Beasiswa pendidikan Indonesia LPDP adalah beasiswa favorit bagi para calon Magister dan Doktoral yang akan melanjutkan studi baik dalam negeri maupun luar negeri. Selain pembiayaan studi lanjut, LPDP juga memberikan pelayanan pembiayaan pendanaan penelitian tesis dan disertasi. Pendaftaran beasiswa ini dibuka setiap tahun. Akan tetapi, seleksi yang ketat menjadikan tidak sedikit yang gagal akibat kurangnya persiapan.

Agar berhasil memperoleh beasiswa tersebut, para calon pendaftar perlu mempelajari bagaimana kisah paras penerima beasiswa LPDP. Buku ini mengungkap tentang latar belakang dan pengalaman awardee baik yang kuliah di dalam negeri maupun luar negeri. Buku ini juga berusaha membagikan pengalaman-pengalaman selama mengikuti seleksi maupun menempuh studi. Buku yang anda pegang ini merupakan kumpulan kisah dari 38 awardee LPDP alumni Universitas Negeri Semarang (UNNES) yang berhasil lolos melanjutkan studi Magister dan Doktoral di dalam maupun di luar negeri.

Editor: Sutiyono dan Retno Purwaningsih



Halaman 114 - 119

Sukses Terbesar dalam Hidupku


*Oleh Aziza Restu Febrianto


Nama saya Aziza Restu Febrianto, biasa dipanggil dengan Restu. Saya lahir di sebuah desa kecil bernama Banyubiru yang terletak di sebelah barat kabupaten Ngawi, Jawa Timur. Sejak kecil saya banyak belajar hidup dari kedua orang tua saya. Ayah saya yang merupakan seorang petani banyak memberikan keteladanan akan kerja keras dan kesederhanaan. Walaupun hanya menggarap sawah beberapa petak, beliau tidak pernah berhenti mengerjakan aktivitas lain yang positif setiap harinya. Dari pagi hingga sore hari saya tidak pernah melihatnya menganggur kecuali hanya ketika sedang beristirahat siang untuk sebentar saja. Ayah juga tidak pernah menggantungkan diri pada orang lain ketika merasa kesulitan. Alhamdulillah, di usianya yang sekarang lebih dari 60 tahun, beliau masih sehat dan bugar. Pelajaran lain juga aku dapatkan dari ibuku yang berprofesi sebagai guru SD. Ibu mengajari saya akan hidup mandiri dan pentingnya mencari ilmu. Keteladanan mereka inilah yang menjadi modal awal perjalanan hidup saya.

Sejak kecil saya sangat menggemari bahasa dan budaya. Program dan acara musik dan film berbahasa Inggris di TV selalu menjadi pilihan hiburan saya di waktu luang. Saat itu muncul sebuah keinginan untuk suatu saat nanti bisa mengunjungi langsung semua negara berbahasa Inggris di dunia serta mempelajari kebudayaan dan peradabannya. Kemajuan teknologi, inovasi dan kebiasaan berfikir kritis masyarakat Inggris dan Amerika Serikat selalu membuat saya penasaran. Ingin sekali mempelajari bagaimana kehidupan ekonomi, politik dan budaya mereka sehingga bisa sangat mendominasi dunia. Karena alasan inilah saya harus bisa mempelajari Bahasa Inggris dengan sangat tekun dan menjiwainya. Alhamdulillah, berkat dukungan orang tua, saya bisa mengambil kursus Bahasa Inggris sejak SD kelas 6 atau level dasar hingga intermediate ketika kelas 3 SMA. Kecintaan saya akan Bahasa Inggris ini membuat saya terpilih mewakili beberapa lomba tingkat sekolah di kabupaten. Walaupun belum pernah juara..hehe.

Karena ketertarikan saya akan Bahasa, ilmu budaya dan sosial, setelah lulus SMA saya memilih untuk mendaftar kuliah di Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo dengan mengambil jurusan Ilmu Komunikasi. Namun karena tidak lulus pada saat tes Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) PTN, akhirnya saya mengambil tawaran kuliah di Universitas Negeri Semarang (UNNES) melalui seleksi universitas. Karena di UNNES tidak ada jurusan komunikasi, akhirnya saya memilih Pendidikan Bahasa Inggris sebagai bidang studi saya. Pada awal perkuliahan di UNNES, saya meyakinkan diri untuk bisa aktif di berbagai macam organisasi internal ataupun eksternal kampus. Selain itu saya juga memilih tinggal di sebuah kos yang penghuninya adalah para aktivis mahasiswa. Dengan begitu saya bisa menjadi semakin bersemangat untuk aktif berorganisasi. Selama di UNNES, saya justru banyak menghabiskan waktu lebih untuk kegiatan organsisasi daripada perkuliahan. Bukan karena saya malas kuliah, tapi karena perkuliahan di kelas tidak berlangsung setiap hari. Banyak pengalaman, pelajaran dan koneksi ketika aktif menjadi pengurus organisasi terutama Kerohanian Islam, Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) ataupun Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) seperti English Debating Society (EDS) dan organisasi luar kampus seperti Forum Indonesia Muda (FIM). Di sela waktu kesibukan ini, saya juga ingin belajar mandiri dengan bekerja sebagai tutor/ guru les Bahasa Inggris rumahan dan kantor serta mendaftar beasiswa untuk menambah uang saku.

Bagi saya, kesuksesan itu tidak bisa diukur dengan kekayaan atau harta yang kita miliki. Kesuksesan adalah kepuasan batin yang hanya bisa dirasakan oleh hati dan perasaan kita. Ketika kita menemukan kebahagiaan hati, disitulah kita telah memperoleh kesuksesan. Sebagai seorang muslim, saya menyebutnya keberkahan hidup. Kebahagiaan hati sering saya rasakan ketika apa yang saya cita – citakan dan impikan diwujudkan oleh Tuhan. Selama kuliah di UNNES, saya sangat menikmati ilmu yang sedang saya pelajari, sehingga muncul keinginan untuk bisa melanjutkannya ke jenjang S2 dan menjadi dosen setelah lulus nantinya. Karena orang tua tidak bisa membantu dalam hal biaya, saya memutuskan untuk tetap fokus pada kuliah sambil mencoba mencari beasiswa. Sudah ada beberapa macam beasiswa luar negeri yang saya coba seperti Australian Development Scholarship (ADS) yang sekarang namanya Australian Awards Scholarship (AAS), Fulbright dari Amerika Serikat dan New Zealand Asean Scholarship Awards (NZ-AS) dari Selandia Baru. Namun saya belum pernah beruntung untuk diterima pada salah satu dari ketiga beasiswa itu. Sedih sekali rasanya ketika mengetahui bahwa cita-cita saya belum bisa terwujud, tapi saya tidak pernah berputus asa. Dan ternyata memang Tuhan memiliki rencana lain dalam hidup saya. Pada tahun 2011, saya mendaftar program Sarjana Mendidik di daerah Terdepan, Terluar dan Tertinggal (SM-3T) angkatan pertama dan Alhamdulillah diterima. Keinginan saya mengikuti program ini adalah agar saya bisa menerapkan ilmu dan keterampilan mengajar yang selama ini saya dapat dari bangku kuliah dan pengalaman kerja di tempat-tempat lain di luar Jawa yang membutuhkan bantuan. Selain bisa menikmati keindahan alam dan keanekaragaman budaya setempat, SM-3T juga memberi saya kesempatan untuk mengasah jiwa sosial saya.  Setelah program SM-3T selesai, saya mengikuti Pendidikan Profesi Guru (PPG) di UNNES dengan beasiswa. Alhamdulillah, ilmu dan keterampilan mengajar dan mendidik saya semakin bertambah dengan program ini. Pada fase inilah saya merasakan makna akan kesuksesan itu.

Selesai PPG, saya mengajar di sebuah Sekolah Internasional dan Akademi Pelayaran di Semarang sebelum akhirnya mendaftar beasiswa LPDP. Saya sangat berterimakasih kepada LPDP yang telah memberikan kesempatan kepada saya untuk bisa mengenyam pendidikan di luar negeri setelah gagal dengan beasiswa yang lain. Hanya dengan modal Letter of Acceptance (LoA) saja pastinya tidak cukup untuk kuliah tanpa adanya biaya. Melalui beasiswa LPDP, akhirnya saya bisa berkuliah di universitas impian saya, University College London (UCL), Inggris yang merupakan salah satu universitas terbaik di dunia. Selama kuliah disini, saya banyak mendapatkan ilmu dan tugas seabreg tentunya..hehe. Selain ilmu yang didapat dari perkuliahan, sayapun juga mendapatkan wawasan dan pengalaman melalui kegiatan-kegiatan dan organisasi yang saya ikuti seperti komunitas Inggris-Indonesia, The Anglo-Indonesian Society dan Indonesian Scholars Forum (ISF). Karena mulai suka dengan hal yang berbau penelitian (terutama bidang pendidikan), Alhamdulillah, tahun ini kedua paper ilmiah saya diterima untuk bisa dipresentasikan pada dua buah konferensi internasional di Virginia, Amerika Serikat dan Soria, Spanyol. Keikutsertaan saya pada salah satu konferensi itu didanai oleh LPDP. Saya sangat bersyukur bahwa keinginan saya waktu kecil untuk mengunjungi dua negara super power Inggris dan Amerika serikat dan bisa belajar disana akhirnya terwujud. Sekali lagi terimakasih banyak untuk LPDP. Nah, disinilah makna kesuksesan kembali saya rasakan, yaitu mendapatkan kesempatan untuk menambah ilmu, mengasah keterampilan, bersosial dan membangun jaringan. Dengan sikap optimis, kerja keras dan pasrah hanya kepada Tuhan, saya yakin makna kesuksesan akan kembali saya rasakan di masa yang akan datang. Dan yang paling penting dari itu semua adalah bagaimana kita bisa menjadi orang yang bermanfaat melalui pencapaian-pencapaian kesuksesan yang kita peroleh selama ini. Amin.


Semarang, 28 Agustus 2019


Minggu, 04 Agustus 2019

Guru vs Youtube

Ilustrasi: https://jatimtimes.com


Guru vs Youtube

*Oleh Aziza Restu Febrianto

Setiap jaman selalu menawarkan tantangan yang berbeda. Keadaan manusia di masa kini tentu sangat berbeda dengan masa lalu akibat perubahan yang diciptakan oleh manusia itu sendiri. Perubahan ini merupakan sebuah keniscayaan karena manusia selalu ingin mencari dan menemukan berbagai macam cara agar hidupnya semakin menjadi lebih baik dan mudah. Mereka selalu memastikan bahwa semua pekerjaan bisa dilakukan dengan cara efektif dan efisien.

Semua perubahan yang ada tentu saja berimplikasi pada nilai dan tatanan kehidupan manusia yang secara perlahan mulai bergeser. Kebiasaan manusia menjadi berubah. Manusia kemudian cenderung meninggalkan cara-cara lama, yang sudah tidak relevan dan tidak dibutuhkan pada jamannya. Banyak yang menganggap perubahan itu adalah peluang, tapi tidak sedikit pula orang yang merasa takut dan khawatir akan kehadirannya. Salah satu implikasi dari perubahan yang sering membuat orang khawatir adalah dampaknya terhadap dunia pendidikan, terutama bagi anak-anak mereka.

Pada jaman dahulu, orang belajar melalui interaksi tatap muka atau face to face antar anggota keluarga, sekolah dan masyarakat sekitar (cara konvensional). Mereka yang mempunyai akses terhadap buku bisa belajar dengan referensi yang lebih lengkap. Namun, ketika radio dan televisi (TV) ditemukan, banyak orang kemudian mempunyai sumber belajar baru, yaitu berita dan informasi yang disajikan melalui alat elektronik itu. Akhirnya mereka yang mempunyai radio atau televisi tidak lagi hanya mengandalkan cara lama atau konvensional untuk belajar sesuatu.

Teknologi dan informasi semakin berkembang dari waktu ke waktu, yang kemudian mempengaruhi kebiasaan orang dalam belajar. Terciptanya alat komunikasi seperti Handphone (HP) pada pertengahan abad ke-20 memudahkan orang untuk saling berkomunikasi. Mereka kemudian memanfaatkan alat ini untuk saling bertukar informasi. Untuk mendapatkan pasar dan pelanggan, semua perusahaan HP kemudian saling bersaing untuk merebut perhatian masyarakat. Persaingan inilah yang akhirnya memunculkan inovasi dan perkembangan dunia komunikasi dan informasi hingga saat ini. Berawal dari HP yang dulunya hanya bisa digunakan untuk berkomunikasi saja melalui sinyal radio, berkembang menjadi HP pintar yang terkoneksi dengan internet. Dari jaringan yang bermula dari 0G menjadi 4G atau bahkan 5G, yang membuat koneksi semakin cepat.

HP pintar atau Smartphone yang kita miliki saat ini tentu secara signifikan telah merubah gaya dan kebiasaan orang dalam belajar. Orang yang sebelumnya hanya bisa mengakses internet melalui komputer, sekarang bisa melakukannya hanya dengan menggunakan HP. Saat ini, hampir semua orang termasuk anak-anak dan remaja sering mengakses internet melalui HP. Tidak hanya informasi tertulis di website atau blog yang mereka dapatkan ketika berselancar di internet, tapi juga rekaman suara hingga video berkualitas HD (High Definition).

YouTube adalah salah satu platform media sosial yang menawarkan kesempatan bagi orang untuk mendapatkan informasi dan saling berbagi pengetahuan dalam bentuk video. Siapapun bisa menikmati berbagai macam video atau bahkan berbagi video melalui YouTube. Orang yang suka berbagi video ini biasa dikenal dengan dengan Vloggers. Banyaknya orang yang berbagi video ini akhirnya menjadikan YouTube sebagai satu-satunya media sosial yang paling disukai oleh masyarakat, termasuk para remaja. Sebuah badan peneliti yang berbasis di Amerika Serikat, Pew Research Center tahun lalu telah mengungkap bahwa para remaja usia belasan tahun saat ini lebih tertarik menggunakan YouTube daripada media sosial lainnya.

Untuk kalangan remaja, YouTube ternyata memiliki daya pikat paling kuat diantara media sosial lain seperti Facebook, Instagram, Snapchat ataupun Twitter. Penelitian Pew menunjukkan bahwa 85 persen remaja usia 13-17 lebih senang membuka YouTube. Setelah YouTube, media sosial yang banyak disukai oleh remaja ini adalah Instagram dengan persentase 72 persen. Jumlah remaja yang dulunya menyukai Facebook akhirnya merosot tajam hingga 51 persen saja. Yang mengejutkan adalah mayoritas remaja ini (95 persen) menggunakan semua media sosial itu melalui HP mereka sendiri, atau tanpa bimbingan orang tua.

Menurut studi yang sama, alasan utama para remaja menggunakan YouTube adalah karena platform ini memiliki karakteristik layanan yang sederhana, tapi kaya informasi. Mereka menganggap YouTube adalah model TV yang baru. Namun, berbeda dengan TV, mereka bisa menikmati video apapun yang mereka mau melalui YouTube. Mereka bahkan bisa berbagi informasi dengan mengunggah video yang mereka buat sendiri untuk para penonton lain. Mereka juga bisa mendapatkan penghasilan melalui video itu jika telah ditonton minimal seribu orang atau telah memenuhi persyaratan dari YouTube.

Kegandrungan remaja terhadap YouTube tentu saja memiliki dampak positif dan negatifnya. Namun penulis tidak sedang berfokus pada itu. Yang jelas YouTube telah berperan menjadi sumber belajar sekaligus media berekspresi para generasi muda masa kini. Informasi apapun tersedia disana. Berbagai macam tutorial, presentasi, kuliah ataupun workshop bisa ditemukan disana, bahkan bisa saja langsung dari pakarnya. Video yang bisa dinikmati juga kebanyakan sangat menarik. Yang menjadi pertanyaan, jika para remaja sekarang banyak mengandalkan YouTube sebagai sumber belajar, lalu bagaimanakah peran guru di sekolah?

Untuk menjawab pertanyaan ini, semua harus kita kembalikan pada hakikat tugas guru dalam pendidikan. Menurut Undang-undang No. 14 Tahun 2005, guru merupakan pendidik profesional yang memiliki tugas utama, yaitu mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan formal mulai dari pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar hingga pendidikan menengah. Jadi tugas guru itu banyak sekali, tidak hanya mengajar atau memberikan informasi saja. Semua tugas ini tentu saja tidak bisa dilakukan atau digantikan oleh para Vloggers di YouTube.

YouTube memang menyediakan berbagai macam video informasi yang tentu saja sangat berguna bagi semua orang terutama remaja. Video informasi itu bahkan bisa diakses kapanpun sesuai dengan kebutuhan. Bukan searah atau satu sudut pandang seperti TV. Namun, pada kenyataannya YouTube tetap tidak bisa menggantikan peran guru di kelas. Ada banyak peran yang ternyata tidak bisa diambil alih oleh platform media sosial itu. Misalnya, dalam proses pembelajaran, ketika siswa sudah memperoleh pengetahuan, mereka kemudian diberikan tugas untuk mengasah kemampuan dan keterampilan. Kegiatan ini tentu memerlukan bimbingan dan evaluasi yang tidak bisa diberikan oleh YouTube. Ketika mendapatkan masalah, siswa juga memerlukan seseorang untuk bertanya dan berkonsultasi. Guru kemudian memberikan masukan dan feedback sesuai dengan kebutuhan siswa. Hanya guru kelaslah yang bisa melakukan ini.

Yang jadi masalah sebenarnya bukanlah peran guru kelas yang bisa saja tergantikan oleh YouTube, tapi gap informasi antara yang disampaikan oleh guru dengan yang diberikan oleh para vloggers. Siswa yang sering menonton video dari YouTube tentu memiliki wawasan dan pengetahuan yang luas. Siswa itu akhirnya menemukan gurunya sendiri di internet. Guru mereka itu bahkan bisa banyak, atau bahkan adalah pakar di bidangnya. Dengan kebiasaan menonton YouTube ini, sangat mungkin sekali jika pengetahuan yang dimiliki oleh siswa itu menjadi lebih banyak dan akurat daripada gurunya. Pengetahuan mereka itu juga bisa lebih up to date atau aktual daripada yang dimiliki oleh gurunya.

Ada beberapa sikap yang seharusnya dimiliki oleh guru dalam menghadapi para generasi milenial semacam itu di kelas. Pertama, guru harus sadar bahwa luasnya wawasan dan keakuratan pengetahuan yang dimiliki oleh siswa melalui berbagai sumber di internet itu merupakan sesuatu hal yang wajar, karena mereka tumbuh di jaman yang penuh dengan informasi. Wawasan yang dimiliki oleh siswa seharusnya tidak dianggap sebagai suatu ancaman bagi guru. Para guru seharusnya justru bahagia dan bangga melihat siswanya pintar. Mereka hendaknya juga senang melihat siswanya yang suka berdebat, mengkritik atau bahkan menguji kemampuan gurunya. Bukan malah merasa terancam.
Yang kedua, keberadaan YouTube merupakan sebuah kenyataan yang tidak terelakkan. YouTube harusnya dianggap sebagai salah satu sumber dan media pembelajaran di kelas. Banyak hal menarik yang bisa guru manfaatkan untuk mendukung pembelajarannya di kelas. Misalnya, mereka bisa memakai lagu, film pendek atau permainan yang tersedia di YouTube untuk mengajar agar siswa mereka senang mengikuti pembelajarannya.

Agar tidak tertinggal oleh siswanya, guru hendaknya juga selalu memperbarui pengetahuannya melalui berbagai macam konten terkini yang ada di YouTube. Jika ingin bisa dekat dan diterima oleh siswanya di kelas, guru tentu juga harus mengetahui kehidupan mereka. Untuk itu, guru perlu tahu kebiasaan para siswanya. Kalau perlu, mereka bisa menonton video-video yang biasanya disukai oleh siswanya itu. Mereka kemudian merancang dan menerapkan pembelajaran yang sesuai dengan kebiasaan dan kebutuhan siswa. Dengan demikian, mereka bisa lebih mudah mengatur para peserta didiknya itu di kelas.

YouTube faktanya telah menjadi sebuah platform media sosial yang paling berpengaruh di masa kini. Di masa depan, YouTube bisa diprediksi akan mengalami banyak perubahan. Teknologi informasi dan komunikasi akan selalu berkembang di masa yang akan datang, memberikan tantangan baru lagi bagi para generasi yang baru. Oleh karena itu, kita hendaknya menjadikan YouTube dan internet sebagai rekan kita, bukan sebagai ancaman. Yang kita perlukan hanyalah mengatur dan mengontrol penggunaannya untuk kebaikan bersama, termasuk pendidikan.

Artikel ini pernah dimuat di kompasiana: