Minggu, 01 Januari 2023

Refleksi dan Resolusi Tahun Baru 2023

 

Semarang, 7 Juli 2022

Refleksi dan Resolusi Tahun Baru 2023

 

*Aziza Restu Febrianto

 

Tepat setahun yang lalu pada 31 Desember 2021, saya menulis sebuah resolusi yang harus dicapai pada tahun 2022 di blog ini. Sebagai seseorang yang telah memutuskan untuk berkarir sebagai dosen, berikut kira-kira resolusi yang saya tulis saat itu. Pada tahun 2022, saya harus bisa: 1) Mendapatkan Jabatan Fungsional Asisten Ahli;  2) Menerbitkan 2 artikel ilmiah di jurnal terakreditasi baik nasional maupun internasional; dan 3) Mempersiapkan beasiswa untuk melanjutkan studi S-3.

Sebenarnya resolusi ini tidaklah begitu neko-neko, karena hanya meliputi 3 target saja. Namun, setelah menjalani dunia perdosenan hingga akhir tahun 2022 ini, ternyata merealisasikan ketiga target resolusi itu benar-benar tidaklah mudah. Banyak upaya telah saya lakukan, tetapi tetap saja ketiga target tersebut sulit untuk direalisasikan. Namun saya tetap berusaha bersyukur karena paling tidak ada 1 atau 2 dari target tersebut telah terpenuhi di tahun 2022 ini. Salah satunya adalah Jabatan Fungsional pertama, Asisten Ahli.

1) Mendapatkan Jabatan Fungsional Asisten Ahli

Target resolusi pertama ini menurut saya paling mudah dan terukur pencapaiannya dibandingkan kedua target lainnya, karena syaratnya hanyalah pemberkasan dokumen saja. Saya secara resmi menerima Surat Keputusan (SK) Jabatan Fungsional pertama Asisten Ahli dari DIKTI pada tanggal 23 September 2022 setelah sebelumnya harus mengurus pengajuan yang sangat administratif. Sebenarnya saya termasuk dosen yang terlambat menerima Jabatan Fungsional pertama ini karena seharusnya jabatan Asisten Ahli ini bisa diperoleh setelah 1 tahun bekerja sebagai dosen tetap.

FYI, sejak saya diterima sebagai dosen hingga SK ini keluar, saya telah bekerja kurang lebih 2 tahun. Apa mau dikata? Selama bekerja, saya harus banyak berkutat pada pekerjaan yang tidak terduga dan cukup menyita waktu, yaitu menyusun borang dan menyiapkan dokumen-dokumen untuk akreditasi Program Studi tempat saya bekerja. Karena Prodi yang masih baru, banyak sekali pekerjaan yang harus dilakukan untuk melengkapi bukti borang akreditasi tersebut. Selain itu, tentu saja saya juga harus melakukan kegiatan Tridarma yang memang merupakan tugas wajib seorang dosen.

2) Menerbitkan 2 artikel ilmiah di jurnal terakreditasi baik nasional maupun internasional

Salah satu impian dalam hidup saya adalah dapat menerbitkan artikel pada jurnal terakreditasi secara nasional dan internasional apapun profesi saya. Menurut saya, pekerjaan yang paling sulit dari seorang dosen adalah menerbitkan karya tulis ilmiah penelitian pada jurnal terakreditasi. Secara, setelah melakukan penelitian dan membuat laporan yang cukup membutuhkan waktu dan energi, seorang dosen harus memaparkannya dalam bentuk tulisan dengan kaidah-kaidah dan gaya bahasa akademis yang tepat dan akurat agar dapat diterima oleh jurnal penerbit yang dituju. Tidak sedikit karya tulis itu hanya berakhir pada hard disk laptop, karena ditolak oleh jurnal penerbit.

Pada bulan April 2022 lalu, saya mendapati informasi mengenai sebuah konferensi yang diselenggarakan oleh TEFLIN, Asia TEFL, dan Universitas Negeri Malang. Tanpa berfikir panjang, saya langsung tertarik untuk mendaftar. Melalui konferensi itu, para penyaji makalah juga mendapatkan kesempatan untuk mengirimkan makalahnya untuk diterbitakn pada 3 (tiga) buah jurnal bereputasi, salah satunya adalah Asia TEFL Journal, yang sudah terindeks Scopus dan berperingkat Q1. 

Setelah merampungkan penelitian, saya kemudian mengirimkan manuskrip hasil penelitian tersebut pada Open Journal System (OJS) Asia TEFL Journal pada tanggal 9 Mei 2022. Pada pesan email yang saya terima, proses peninjauan (Reviewing) oleh Mitra Bestari (Reviewers) Namun, sejak proses revisi pada bulan Oktober 2022, saya belum mendapatkan kabar mengenai manuskrip ini. Saya berharap, meskipun harus melalui proses revisi yang sangat panjang, manuskrip ini akhirnya tetap diterima dan dipublikasikan pada tahun 2023.

3) Mempersiapkan beasiswa untuk lanjut studi S-3

Menurut saya, ini adalah resolusi yang paling dilematis.  Melanjutkan studi S-3 ke luar negeri dengan beasiswa tentu masih menjadi keinginan dan impian saya hingga saat ini. Mungkin terkesan sangat idealis ketika seorang alumni sebuah universitas di negara Inggris ingin melanjutkan kuliah ke luar negeri lagi. Saya tentu memiliki alasan logis kenapa memilih studi ke luar negeri ini. Keinginan ini semakin kuat apalagi saya sempat mendaftar sebuah program persiapan studi S-3 luar negeri yang diselenggarakan oleh Indonesia Mengglobal.

Namun, keinginan kuat ini mungkin agak semakin memudar, mempertimbangkan beberapa hal yang terjadi dalam hidup saya... so sad.. . Pertama, saya jadi ingat perkataan ibu saat pertama kali saya menyampaikan keinginan ini, dan respon beliau cukup mengejutkan. Intinya, jika saya harus tinggal cukup lama di luar negeri, siapa yang nanti akan menemani beliau. Kedua, pada bulan September 2022 lalu, ibu divonis menderita sakit bernama Glaukoma atau sakit mata yang menyebabkan gangguan penglihatan. Sejak saat itu, saya harus mengantar ibu untuk operasi dan kontrol berkala ke Rumah Sakit di Solo. Sejak saat itu, saya akhirnya merasa bahwa sepertinya ibu memerlukan pendampingan untuk kedepannya, khususnya ketika harus bepergian keluar rumah.

Resolusi Tahun Baru 2023

Mempertimbangkan sulitnya merealisasikan 3 target resolusi tahun 2022, saya juga tidak akan membuat resolusi yang muluk-muluk di tahun baru 2023 ini. Saya ingat sebuah postingan teman bahwa resolusi itu harus SMART yaitu Specific (spesifik), Measurable (terukur), Attainable (realistis untuk dicapai), Relevant (relevan dengan kondisi kita), dan Time-based (jelas jangka waktunya).

Berikut ini kira-kira resolusi saya di tahun 2023:

  1. Mendirikan dan mengembangkan sebuah usaha jasa di bidang bahasa: LinguaTera.com
  2. Menerbitkan 2 artikel di jurnal terindeks SINTA dan SCOPUS
  3. Mempersiapkan beasiswa studi S-3

Saya memahami bahwa tidak semua rencana dan target bisa terealisasi. Tetapi paling tidak merencanakan sesuatu itu jauh lebih baik daripada tidak merencanakan sama sekali. Saya juga meyakini bahwa target resolusi yang tidak tercapai pasti akan diganti dengan hal-hal positif lain, asalkan kita selalu berfikiran positif dan melakukan aktivitas yang produktif untuk mendukung karir kita kedepan.  

Magetan, 1 Januari 2023