Rabu, 17 Agustus 2016

Tips Singkat Menguasai IELTS





Tips Singkat Menguasai IELTS

  
*Aziza Restu Febrianto

Salah satu syarat wajib untuk mendaftar kuliah di luar negeri, khususnya di negara berbahasa Inggris adalah sertifikat tes standar Bahasa Inggris yang biasa kita kenal dengan TOEFL (Test of English as a Foreign Language) atau IELTS (International English Language Testing System). Tes Bahasa Inggris ini ibaratnya seperti Surat Ijin Mengemudi/ SIM yang wajib dimiliki seseorang untuk bisa berkendara. Jadi hukumnya adalah wajib. TOEFL adalah tes Bahasa Inggris yang dikeluarkan secara resmi oleh sebuah lembaga khusus di Amerika serikat bernama ETS (English Testing System). Sedangkan yang berhak mengeluarkan IELTS adalah British Council, dari negara Inggris atau Britania Raya (UK) dan IDP Australia. Karena sistem dan format kedua tes tersebut sangatlah berbeda, maka kita terlebih dahulu harus menentukan jenis tes mana yang perlu kita ambil. Tentunya pilihan ini disesuaikan dengan negara dan universitas dimana kita ingin belajar. Kebanyakan universitas di Amerika Serikat/ USA lebih mensyaratkan TOEFL iBT, sedangkan IELTS lebih banyak diminta kepada mereka yang mendaftar hampir semua universitas di UK, Australia, dan Selandia Baru.

Tulisan saya kali ini lebih fokus membahas tentang IELTS dan cara menguasainya sesuai dengan pengalaman pribadi penulis yang ingin berkuliah di Inggris. Untuk TOEFL dan persiapannya bisa dibahas di tulisan yang lain saja. Bagi mereka yang merasa memiliki kemampuan berbahasa Inggris bagus mungkin mengira bahwa IELTS tidaklah memerlukan banyak belajar dan latihan. Tapi menurut saya pernyataan ini tidak benar walaupun sebagai pengecualian ada juga yang bisa menguasainya tanpa persiapan. “Tak Kenal Maka Tak Sayang.” Mungkin peribahasa ini sangat tepat untuk menggambarkan proses persiapan IELTS. Saya kira walaupun kemampuan Bahasa Inggris kita sudah bagus atau bahkan seperti penutur asli/ native speakers yang sehari-hari sudah memakai Bahasa Inggris, berlatih IELTS pun masih harus tetap diperlukan. Tujuannya adalah agar kita mengenal dan terbiasa dengan format dan tipe soalnya. Dengan mengenali format dan tipe soal IELTS, kita akan dengan mudah dapat menentukan strategi dan cara yang tepat untuk menguasainya sesuai dengan kondisi kita. Berikut adalah langkah-langkah yang saya terapkan saat mempersiapkan tes IELTS. 

  1. Membuat target dan rencana waktu mengambil tes
Sebelum belajar dan berlatih, alangkah lebih baiknya kita tentukan terlebih dahulu kapan kita akan mengambil tes. Kita bisa melihat jadwal tes di website British Council atau IDP Australia sesuai dengan lokasi tes yang akan kita pilih. Biasanya tes ini dilaksanakan 2 kali dalam setiap bulannya dan mengambil hari sabtu. Waktu itu saya memutuskan untuk mengambil tes pada tanggal 2 April 2016 dan mendaftar tepat dua bulan sebelumnya, yaitu Februari 2016. Sehingga saya memiliki waktu yang cukup pas untuk mempersiapkannya. Dengan menentukan jadwal tes dua bulan sebelumnya, saya bisa memiliki komitmen yang kuat untuk mempersiapkannya. Mendaftar tes IELTS berarti kita sudah mengeluarkan uang hampir 3 juta rupiah sehingga akan memaksa kita untuk lebih serius dan sungguh-sungguh dalam mempersiapkannya.  

  1. Membuat rencana belajar, latihan dan simulasi
Setelah menentukan waktu dan tanggal tes, kita pasti harus membuat sebuah rencana belajar, latihan dan simulasi. Setiap orang pasti memiliki kesibukannya masing-masing sehingga sulit sekali untuk menentukan alokasi waktu belajar yang efektif. Namun, meskipun begitu, saya yakin kita semua pasti tetap memiliki waktu luang minimal 3 jam setiap harinya, sesibuk apapun kita. Oleh karena itu, kita pastikan saja paling tidak 3 jam sehari untuk latihan IELTS dan kita lakukan itu setiap hari. Saat itu saya membagi waktu latihan menjadi 3 bagian dalam seharinya, yaitu pagi, sore dan malam. Kira-kira formulanya seperti ini.

Sehabis shubuh: Pukul 05.00 – 06.00
Setelah pulang kerja: Pukul 16.00 – 17.00
Setelah sholat isya: Pukul 20.00 – selesai

Ketika kita sudah membuat jadwal seperti ini, yang harus kita lakukan adalah berkomitmen. Sepertinya latihan IELTS ini sangatlah berbeda dengan persiapan tes Bahasa Inggris lainnya. Menurut saya setiap hari kita harus melatih semua bagian yang diujikan, yaitu Listening, Reading, Writing dan Speaking secara bergiliran. Karena Speaking adalah bagian yang termudah bagi saya, maka saya tidak perlu terlalu fokus pada bagian ini agar lebih bisa memprioritaskan ketiga bagian yang lain. Pada umunya Writing merupakan bagian yang paling sulit dan memerlukan latihan yang lebih serius dan intens. Alangkah lebih baiknya jika kita mempunyai teman yang bisa memberikan feedback atau masukan untuk hasil tulisan kita. Kita bisa juga mengambil tes simulasi di sebuah lembaga yang berpengalaman untuk mengetahui sejauh mana kemampuan menulis kita serta mendapatkan feedback darinya. Waktu itu saya mengambil program simulasi IELTS selama tiga kali di sebuah lembaga profesioal di Semarang dengan harga yang sangat murah, yaitu 100 ribu rupiah per simulasi. Alhamdulillah, saya juga mendapatkan masukan yang sangat membantu setelah hasilnya keluar. 

  1. Download semua materi yang reliable dan belajar materi dari website yang terpercaya
Kemudahan akses internet membuat kita dapat memperoleh materi lebih praktis dan efisien. Kita tidak perlu mengeluarkan uang banyak untuk membeli buku dan DVD latihan yang mahal. Berbagai macam buku dan audio tersedia secara gratis di internet yang dengan mudah kita dapatkan. Ada beberapa orang yang sengaja membagi buku-buku dan files tersebut secara gratis dan Cuma-cuma di internet sehingga aktivitas ini saya kira tidaklah melanggar hukum. Selain itu kita juga bisa membaca tips, materi dan pengalaman orang lain melalui blog dan website pribadi mereka atau memanfaatkan video-video pengajaran IELTS di YouTube. Berbagai macam video pengajaran di YouTube sangat bermanfaat sekali sebagai pengganti kursus persiapan yang mahal. Beberapa  video IELTS di YouTube bagi pembelajar pemula seperti Learn English with Emma, IELTS Academic, IELTS Advantage, dan beberapa video tips IELTS dari British Council sangat bagus dan recommended untuk dicoba. Mengenai website, saya sarankan untuk sesekali mengunjungi http://ielts-simon.com dan http://ieltsbuddy.com sebagai dua contoh referensi atau sumber belajar yang reliable. Di websites ini kita akan memperoleh banyak sekali contoh essay dan tutorial menulis essay yang sangat bermanfaat secara langsung dari pengajarnya di kota Manchester, UK. 

  1. Latihan dan Try Out/ Simulasi secara mandiri
Belajar IELTS tidak akan efektif tanpa adanya latihan dan simulasi. Kita juga harus mengukur seberapa jauh kemampuan kita mengerjakan IELTS yang sebenarnya dengan simulasi itu. Yang saya lakukan dulu adalah setiap kali belajar IELTS, haruslah diakhiri dengan simulasi. Kemudian setelah mengetahui hasilnya, pasti kita akan menemukan kesalahan. Setiap kesalahan yang kita buat harus dijadikan sebuah pelajaran dan evaluasi untuk tidak melakukannya lagi ketika mengambil simulasi. Agar tidak melakukan kesalahan yang sama, kita harus fokus mempelajari materi pada soal yang jawaban kita salah tadi. Komitmen untuk tidak melakukan kesalahan yang sama sangatlah penting dalam mempersiapkan IELTS agar kita tidak selalu mendapatkan skor yang sama atau bahkan lebih rendah dari yang sebelumnya. Karena simulasi ini harus dilakukan secara rutin, maka kita membutuhkan banyak contoh soal yang sesuai dengan aslinya. Kita tidak perlu mencari soal sendiri dengan pergi ke toko buku atau browsing terlalu lama di internet. Berikut adalah link 9 buku latihan dari Cambridge University Press yang berisi kumpulan contoh soal IELTS dilengkapi dengan audio files untuk Listening 9 IELTS Simulation Books. Semua soal yang ada di buku ini sudah pernah diujikan sebelumnya sehingga ukuran kesulitannya sama persis dengan tes yang sebenarnya. Setiap buku terdiri dari 4 simulasi yang mencakup 4 bagian (Listening, Reading, Writing, dan Speaking) sehingga terdapat 32 simulasi yang bisa kita coba. Wow….sudah banyak sekali bukan? Bagi pembelajar pemula, alangkah lebih baiknya menggunakan buku ini untuk simulasi mandiri secara berkala, terutama pada bagian Listening

Listening

Fakta menunjukkan bahwa kebanyakan orang Indonesia lebih enjoy mendengarkan percakapan dengan aksen American English serta berusaha meniru gaya berbicara orang Amerika pada umumnya daripada aksen yang lain karena kebiasaan kita yang suka menonton film-film dari Amerika serta pengaruhnya secara global. Jika kita ingin melanjutkan kuliah di Amerika, mungkin kita akan lebih bisa menyesuaikan diri dengan TOEFL. Tapi jika kita sudah memutuskan untuk mengambil IELTS, maka kita harus segera mebiasakan diri dengan aksen British English yang sangatlah berbeda. Menonton berbagai macam British films dan videos sangatlah membantu untuk permulaan. Namun apabila fokus kita adalah IELTS, maka jenis percakapan yang kita pelajari juga harus sesuai dengan yang diujikan. Oleh karena itu kita perlu berlatih secara langsung dengan mengerjakan soal-soal Listening IELTS.

Ketika kita berlatih Listening dengan menggunakan soal di buku Cambridge IELTS, kita akan tahu dimana letak kesalahan kita dan kemudian fokus mempelajari kesalahan itu. Dengan mempelajari kesalahan yang kita buat, kita akan mendapatkan wawasan baru tentang format dan jenis soal Listening IELTS. Pada akhirnya kita juga akan semakin terbiasa dengan soal itu dan tidak akan mendapatkan masalah lagi ketika mengerjakannya. Hal lain yang perlu diperhatikan saat mengerjakan Listening IELTS adalah waktu. Ada sedikit strategi penting dalam mengelola waktu ketika mengerjakan Listening. Pertama, pada saat instruksi dibacakan, kita tidak perlu memperhatikan apa yang sedang disampaikan karena kita pasti sudah tahu isinya pada saat latihan. Tapi langsung saja pikiran kita tertuju pada soal yang ada di depan kita dan kemudian menebak konteks atau topik yang kira-kira akan dibicarakan. Selanjutnya, setelah beberapa soal kita kerjakan, maka akan ada jeda yang diberikan kepada kita untuk mengecek ulang jawaban. Kita tidak perlu melakukannya karena pada waktu yang sama kita juga diperbolehkan untuk bisa langsung melihat soal selanjutnya. Langsung saja fokus pada soal berikutnya dan menebak topik serta jawabannya. Last but not least, saat mendengarkan dan mengerjakan soal, kita tidak perlu mengisi lembar jawaban yang tersedia karena kita akan diberikan waktu 10 menit untuk mengisinya di akhir tes. Jadi untuk sementara kita coret-coret saja lembar soalnya agar kita bisa lebih fokus.

Reading

Untuk bagian Reading, yang paling diperlukan adalah strategi yang tepat sesuai denga kemampuan membaca kita karena kita hanya diberikan waktu 60 menit saja untuk mengerjakan 60 soal. Belum lagi tantangan membaca teks panjang dengan kosa kata baru yang memerlukan konsentrasi penuh. Strategi umum untuk Reading adalah membaca soal dan mencari jawabannya di teks (Scanning). Kita tidak perlu membaca teks yang panjang itu satu persatu (Skimming) karena akan menghabiskan waktu. Biasanya jawaban itu lebih mudah ditemukan dengan melihat kata kunci dan sinonimnya pada soal. Terkadang jawaban itu juga berupa paraphrase atau makna lain dari kalimat tertentu di soal. Oleh karena itu kita harus jeli dan terbiasa dengan sinonim kata dan paraphrase kalimat atau paragraf. Tapi kita tidak perlu khawatir dengan tingkat kesulitan bacaan karena topiknya biasanya adalah General interest atau topic umum yang sering dibicarakan orang. 

Writing

Seperti yang saya sampaikan di awal, bagian yang paling sulit dan kompleks adalah Writing. Kita memang harus memberikan perhatian khusus di bagian ini saat belajar dan latihan. Writing dalam tes IELTS dibagi menjadi dua tugas, yaitu Writing Task 1 dan Task 2. Di dalam Writing Task 1, tugas kita adalah menuliskan deskripsi singkat tentang grafik, diagram atau chart kedalam sebuah essay singkat yang terdiri dari at least 150 kata. Sedangkan untuk Writing Task 2, kita diminta menuliskan sebuah essay lebih panjang (sekitar 250 kata) mengenai topik tertentu pada sebuah pertanyaan. Namun, bobot nilai yang terbesar sebenarnya ada pada Task 2 dengan ukuran sampai dua kali lipat dari Task 1. Oleh karena itu strateginya adalah tetap fokus dan memprioritaskan Task 2 atau kita bisa mengerjakannya lebih dahulu. Dalam kasus saya, sebagus apapun ide, tata bahasa dan kosa kata kita saat menulis essay di Task 2, jika ternyata tulisan tidak menjawab secara fokus dan spesifik tentang apa yang ditanyakan, maka skor kita akan dibawah 6. Sehingga sebelum memulai membuat essay, kita harus memastikan terlebih dahulu topik apa yang dibahas serta informasi  relevan apa yang perlu dimasukkan.

Speaking

Bagi saya, speaking merupakan bagian yang paling menyenangkan karena konsepnya yang lebih sederhana dan dilaksanakan setelah ketiga bagian tes selesai. Waktu tesnya juga disesuaikan dengan jadwal giliran yang sudah ditentukan oleh lembaga penyelenggara. Jika kita mendapatkan giliran tengah atau belakang, maka kita akan mempunyai waktu luang yang lebih banyak untuk mempersiapkannya. Speaking test ini bentuknya adalah wawancara dengan native speaker yang pertanyaannya juga seputar kehidupan sehari-hari. Ketika mengikuti speaking test dulu, pertanyaan awal yang diberikan kepada saya adalah “Have you ever waited for something?” yang kemudian melebar dengan pertanyaan lain yang related. Cukup mudah bukan? 

Bagian Speaking IELTS ini dibagi lagi menjadi 3 tugas, yaitu Speaking 1, 2 dan 3. Diawali dengan soal yang paling sederhana di Speaking 1 sampai terkompleks dan abstrak di Speaking 3. Untuk persiapannya kita hanya perlu sesering mungkin berbicara Bahasa Inggris bersama rekan atau sendiri di depan cermin. Sesekali kita juga perlu merekam suara kita agar kita bisa mengetahui performance kita sendiri saat berbicara dan melakukan evaluasi. 

  1. Mengambil Try Out/ Simulasi dari lembaga
Jika target skor IELTS yang ingin kita capai cukup tinggi, misalnya at least overall 7.0 dengan minimal 6.5 pada tiap bagian, maka menurut saya mengambil tes tanpa simulasi sangatlah beresiko. Mengambil Try Out atau simulasi di lembaga terpercaya sangatlah penting untuk memastikan apakah kita benar-benar sudah siap dengan tes yang sesungguhnya. Karena kita sudah mendaftar dan mengeluarkan uang cukup banyak, menyiapkan tes dengan sungguh-sungguh adalah hal yang mutlak. Bagi saya, IELTS bukanlah tes coba-coba karena selain biayanya yang cukup mahal, mengerjakannyapun juga membutuhkan pemikiran dan jerih payah yang tidak biasa. Oleh karena itu sebelum kita mengambil tes IELTS, lebih baik kita pastikan dulu niat dan alasan kita kenapa harus mengambilnya.

Mengambil simulasi di sebuah lembaga resmi juga memberikan banyak manfaat. Selain biayanya yang tidak mahal, kita juga mendapatkan soal dan suasana layaknya tes yang sesungguhnya. Pastinya kita juga bisa memperoleh feedback atau masukan setelah hasil tes kita keluar untuk evaluasi dan memperbaiki cara belajar. Dibandingkan dengan simulasi mandiri, mengambil simulasi di lembaga bisa membuat kita menjadi lebih disiplin dan berkomitmen karena selama mengerjakan soal pastinya kita juga diawasi seperti halnya tes yang sebenarnya. Karena program simulasi di lembaga ini dihususkan untuk persiapan IELTS, maka soal yang diberikan pun biasanya dibuat jauh lebih susah dari yang aslinya. Tujuan pastinya adalah agar kita menjadi terbiasa dengan soal-soal yang sulit agar bisa lancar mengerjakan yang asli.

Dalam waktu dua bulan persiapan, saya harus mengalokasikan waktu untuk mengambil simulasi ini paling tidak 3 kali. Yang pertama, saya ingin mengetahui sejauh mana pencapaian belajar saya. Pada simulasi yang kedua, tentunya saya ingin tahu apakah saya bisa mendapatkan skor yang lebih baik dari hasil sebelumnya. Dan simulasi yang terakhir merupakan tolak ukur keberhasilan saya saat mengambil tes yang sebenarnya. 

Alhamdulillah, dengan cara yang saya tulis ini, saya mendapatkan skor IELTS yang bisa saya gunakan untuk diterima pada program Master di hampir semua universitas terbaik di negara berbahasa Inggris. Tapi yang terpenting dari itu semua adalah saya bisa mendapatkan Unconditional Offer atau tawaran studi tak bersyarat di universitas impian saya. Hanya tulisan singkat ini yang bisa saya bagikan karena pastinya masih banyak sekali tips dan strategi lain yang bisa ditemukan di berbagai sumber sebagai perbandingan. Semoga tulisan ini bisa memberi manfaat walaupun setiap orang pasti juga memiliki cara belajar dan latihan yang berbeda dalam mempersiapkan IELTS.

Ngawi, 17 Agustus 2016

Tidak ada komentar:

Posting Komentar