Aziza
Restu Febrianto
Setiap orang
pasti memiliki kisah sukses hidup yang berbeda-beda. Bagi kebanyakan orang,
sukses selalu identik dengan kehidupan yang mapan, memiliki pekerjaan tetap yang
menjanjikan, rumah megah dan mobil yang mewah. Ada juga orang yang berfikir
bahwa menikah muda dan mempunyai keluarga kecil yang bahagia sudah cukup
menjadi kesuksesannya. Tidak lupa, kesuksesan seseorang juga disesuaikan dengan
takdir hidup yang dialaminya. Ada yang diberikan kelancaran dalam meniti karir
seperti menjadi pengusaha setelah lulus SD, menjadi pegawai tetap di perusahaan
besar setelah selesai kuliah, adapula mereka yang harus menganggur beberapa
tahun terlebih dahulu sebelum mendapatkan pekerjaan. Lebih dari itu, diantara
orang yang selalu diberikan kesehatan, ada juga yang mendapat musibah sakit
parah yang sulit disembuhkan. Jika ini sudah menjadi garis hidup, kesuksesan
dan kebahagiaan itu dikembalikan kepada diri kita masing-masing untuk memilih.
Memilih untuk bersyukur atau merana menatapi masalah. Well, kesimpulannya
adalah sukses itu diukur dari kebahagiaan yang kita rasakan dalam hidup. Ketika
kita merasakan kebahagiaan, maka disitulah kita sudah bisa dikatakan sukses.
Dan pastinya semua itu sesuai dengan pilihan hidup masing-masing orang.
Bagiku,
kebahagiaan terbesar dalam hidup adalah ketika aku masih diberi kesempatan
untuk menimba ilmu, mengajarkannya, dan menginspirasi banyak orang untuk selalu
berfikir positif dan optimis. Yang jelas saat mempelajari suatu hal
dan berhasil, kemudian mengajarkannya kepada orang lain itu merupakan sebuah kepuasan
tersendiri buatku. Nah, di artikel ini, aku ingin bercerita tentang perjalanan
panjangku mendapatkan beasiswa hingga akhirnya inshaAllah bisa ke luar negeri
tahun ini.
Kegagalan Masuk Kuliah Komunikasi di
UNS
solo.tribunnews.com |
Semua cita-cita
dan harapanku berawal dari kecintaanku pada bidang yang aku tekuni sejak SD.
Well, pelajaran yang paling aku sukai sejak kecil adalah IPS, Biologi dan
Bahasa Inggris. Dan jujur, aku paling tidak suka pelajaran yang berbau
Matematika, Fisika dan Kimia. Kalau sedang mengerjakan Matematika, aku jadi
teringat waktu duduk di kelas 6 SD dulu. Saat itu aku pernah dihukum oleh ibuku
sendiri sebagai wali kelas karena tidak bisa mengerjakan tugas Matematika dengan
tuntas di papan tulis… Malu banget rasanya kalau inget kejadian itu.. Tapi ya
kadang momen itu membuatku tertawa sendiri, terutama saat ngobrol dengan ibu….hihi.
Saat beranjak remaja, aku harus berkutat dengan pelajaran IPA yang kompleks
dengan Fisika dan Kimianya karena merupakan pelajaran wajib di SMP dan SMA.
Setelah berbaku hantam dan bertarung keras selama 6 tahun menaklukkan semua ilmu
pasti itu, akhirnya aku menyerah dan memutuskan bahwa IPA is no more my
favourite subject in school. Tapi aku harus rela bersedih hati melepas my
lovely Biology..huhuhu. Hasil belajarku ini yang menjadi pertimbanganku mengambil
jurusan IPS di SMA (saat itu jurusan Bahasa belum dibuka di sekolah).
Ketika lulus SMA
pada tahun 2004, tanpa berfikir panjang aku langsung cabut dan pergi ke barat
untuk menimba ilmu di kota Gudeg (Jogja)…cieee..hehe. Bukan kuliah sih, tapi
mengambil program persiapan SNMPTN selama 3 bulan di lembaga bimbingan belajar
Nurul Fikri (NF). Waktu itu impianku adalah bisa kuliah di jurusan Komunikasi Universitas
Sebelas Maret/ UNS Solo. Pertimbangannya adalah UNS merupakan salah satu
universitas negeri terfavorit, terbaik dan paling dekat dengan rumah. Sedangkan
pilihan kedua adalah Pendidikan Bahasa Inggris Universitas Negeri Yogyakarta
(UNY) mengingat Passing grade ku
waktu Try Out di bimbel yang masih
kurang untuk mengambil jurusan lain. Setelah mengikuti rangkaian Try Out atau simulasi tes, akupun siap
untuk tes sesungguhnya yang juga berlokasi di Jogja, kalau tidak salah dulu
tempatnya di SMA 24 Yogjayakarta. Selesainya mengikuti tes, saatnya pulang
kampung dan menunggu pengumuman kira-kira sekitar satu bulan. Walaupun waktu
itu libur panjang dan seharusnya aku habiskan untuk santai, aku justru malah
gelisah tidak karuan sambil menyebut-nyebut nama UNS dalam do’aku…wkwkwk. Maklum,
ketika mengerjakan tes, soal Matematika yang paling membuatku ketakutan.
Mungkin waktu itu hanya 5 soal saja yang bisa aku kerjakan dengan benar. Payah
memang…
Waktu yang
ditunggu-tunggu telah tiba. Hasil tes SNMPTN diumumkan melalui website resmi
dan Koran. Langsung saja aku pergi ke Warnet, membeli Koran dan mencari nama
dan nomor pendaftaranku. Setelah lama mencari, akhirnya ternyata aku sama
sekali tidak menemukan nama dan nomor pendaftranku! It means that aku gak
LULUS!..Yahh…..Impian untuk bisa kuliah di UNS sirna sudah…Aku juga sekaligus
tidak diterima di UNY… Hancur sudah hatiku...:(
Kuliah di
UNNES dan Beasiswa PPA
Kuliah Kerja Lapangan (KKL) tahun 2008 |
Sumpah….setelah
tahu kalau aku gak lulus kuliah di PTN favorit, aku sempat sedih sekali dan berhari-hari
merenung sendiri di kamar. Hanya satu yang menyembuhkan kesedihanku waktu itu
yaitu sebuah informasi pendaftaran mahasiswa baru di kampus swasta terbesar di
Solo. Langsung saja aku mendaftar dan Alhamdulillah, karena nilai rata-rata
ujian nasional (UN)ku lumayan bagus, aku bisa diterima tanpa seleksi tertulis dan wawancara. Beberapa hari
mengurus pendaftaran di UMS, kemudian keluarlah pengumuman gelombang khusus
penerimaan mahasiswa baru Universitas Negeri Semarang (UNNES atau dikenal
sebagai Eks-IKIP Semarang. Kegalauan dan kebimbanganpun melanda saat dihadapkan
pada dua pilihan ini. Setelah berdiskusi dengan orang tua, akhirnya aku memutuskan
untuk mendaftar Ujian Masuk Unnes (UMU) dengan meninggalkan kampus yang lama di
Solo. Padahal udah membayar uang registrasi waktu itu. Tapi Alhamdulillah, uang
pembayaran itu bisa dikembalikan dan hanya dipotong 20% jika dilakukan
pembatalan.
Singkat cerita, akupun
melewati ujian tertulis dan wawancara dan resmi menjadi mahasiswa baru UNNES. Sebagai
wujud rasa syukurku, aku berjanji pada diriku sendiri untuk kuliah dengan
serius. Selama kuliah aku tidak ingin hanya fokus pada kegiatan akademik saja,
aku ingin bisa mengikuti berbagai macam organisasi di kampus. Aku yakin ilmu
itu akan banyak diperoleh dimana saja dan tidak hanya di bangku kelas. Saking
senengnya ikut organisasi, rapat sani sini, menjadi anggota kepanitiaan, dan terpilih
menjadi ketua organisasi, akhirnya aku mendapatkan beasiswa Pengembangan
Potensi Akademik (PPA) selama 4 semester. Alhamdulillah….lumayan bisa
meringankan beban orang tua. Uang pencairan dana beasiswa itu aku gunakan untuk
membayar kos dan perlengkapan kuliah lainnya. Alhamdulillah, kesibukanku dalam
berorganisasi tidak mempengaruhi Indeks Prestasi (IP) akademikku. Dengan
keterlibatanku dalam kepanitiaan dan organisasi, aku mendapatkan kesempatan
untuk mengikuti studi banding di kota Malang dan Surabaya yang dibiayai oleh
fakultas beserta uang pesangonnya. Pada tahun 2009, aku juga mendapatkan
kesempatan mengikuti pelatihan kepemimpinan Forum Indonesia Muda (FIM) angkatan
7 selama 4 hari di Cibubur, Jakarta Timur secara gratis. Siapa sangka melalui forum
ini, aku bisa berkenalan langsung sekaligus berteman dengan CEO Bukalapak.com,
Achmad Zacky dan creator portal kawalpemilu.com, Ainun Najib saat mereka belum seterkenal
sekarang ini. Melihat semua kegiatan dan organisasi yang aku ikuti, alhamdulillah,
ketika diwisuda, aku mendapatkan anugerah wisudawan aktivis oleh dekan Fakultas
Bahasa dan Seni (FBS), bapak Prof. Dr. Rustono pada upacara wisuda Fakultas pada
28 Oktober 2009 (Walaupun telat lulus satu semester)…hehe.
Wisuda UNNES Tahun 2009 |
Bersambung
Ngawi,
2 Agustus 2016
Tidak ada komentar:
Posting Komentar