Sabtu, 11 Februari 2017

London city, for me?




Aziza Restu Febrianto

Gara-gara ngobrol dengan roommate soal menulis, jadi teringat deh akan blog ku yang sudah aku cuekin selama 3 bulan lamanya. Sebenarnya semuanya berawal dari mengerjakan tugas Essay mata kuliah term pertama. Kebetulan kita juga mengambil jurusan dan kelas yang sama. Bersyukurlah.. Mudah-mudahan dari tulisan ini aku bisa menjdi lebih produktif menulis di blog lagi…haha. Kalau dipikir-pikir banyak sekali manfaat hobi blogging sebenarnya. Dengan blogging, semua informasi yang kita rekam dalam tulisan akan menjadi kenangan yang indah pada suatu hari nanti saat kita membacanya. Pastinya informasi itu lebih lengkap dan detail dibandingkan hanya sekedar melalui ingatan, foto ataupun video kenangan yang kita punya. Kenangan masa lalu yang kita baca akan membuat kita terharu karena nostalgia, tertawa karena tulisannya yang masih aneh (proses belajar), ataupun bisa jadi penyemangat kita dalam menjalani hidup di masa yang akan datang.

Sebenarnya sedikit menyesal juga kenapa baru sekarang sadar untuk mulai blogging lagi setelah 3 bulan lamanya vacuum selama tinggal di London. Tak terasa sih waktu cepat sekali berlalu dan belum banyak juga yang bisa dilakukan selama tinggal dan kuliah di salah satu kota terbesar dunia ini. Dalam hati ingin rasanya bisa membuat sebuah karya… Entah apapun itu… Bisa dalam bentuk tulisan, video ataupun ide-ide kritis cemerlang yang bisa aku dapatkan dan kembangkan dari negeri ratu Elizabeth ini. Ehm...ingin juga rasanya bisa menceritakan semua pengalamanku selama tinggal dan kuliah di London. Tapi menulis semua cerita dan pengalaman selama 3 bulan hanya dalam satu artikel itu sungguh tidak mungkin…haha. Lagipula aktivitas menulis sangatlah menyesuaikan mood… Hadehh…

Okay dah…begini saja, aku awali blogging ini dengan sebuah pengamatan tentang perbedaan budaya antara kota London beberapa kota besar di Indonesia. Enaknya dibikin pointing aja yak…

  • Kota London itu dingin tapi terkadang juga cukup hangat (loh..?). Menurut cerita bahwa cuaca disini tidak bisa diprediksi dan sering gerimis itu memang benar adanya. Tapi jangan khawatir… walaupun cuaca dingin, pada setiap rumah atau akomodasi sudah terpasang alat Heating System tersendiri. Jadi membayangkan jika di Indonesia biasanya orang suka memasang AC untuk udara segar di rumahnya, yang terjadi di London sungguh malah kebalikannya. Gak bisa bayangin kalau masang AC di kota ini..haha. Karena sering hujan, banyak penjual payung dimana-mana. Harga satu payung biasanya sekitar 15 -30 pound sterling (yang paling murah). Kalau mau yang simple ya tinggal beli rain coat atau water-proof jacket. Dinginnya kota ini sebenarnya banyak dipengaruhi oleh angin yang kencang dan sinar matahari yang kurang walaupun bulan yang lalu sempat juga sih menemui suhu udara yang turun hingga minus 5. Bahagia juga rasanya saat bangun tidur, ketika membuka jendela langsung melihat atap mobil dan rumah berselimutkan Kristal es.. Saat berangkat kuliah juga sempat melihat lapangan dengan rumputnya yang tertutupi oleh lapisan es… Ini adalah pemandangan baru untuk pertama kalinya dalam hidupku. Well, namun dengan suhu udara yang dingin seperti ini, jangan berharap akan turunnya salju di kota London. Selama musim dingin jarang sekali salju turun. Bahkan dalam satu dekade hanya dua atau tiga kali terjadi. Yang saya tahu sih salju tebal terakhir kali turun pada tahun 2013 dan setelah itu tidak terjadi lagi sampai sekarang.
  • Kota London itu surga bagi orang kaya dan neraka bagi yang miskin. For me, yes, it’s definitely true! Bayangkan saja untuk menyewa kamar di sebuah flat saja harganya bisa minimal mencapai 25 permalam atau sekitar 500 ribu rupiah. Sedangkan untuk yang menyewa seminggu bisa keluar uang sekitar 100 sampai dengan 300. 100 pounds sama dengan Rp. 1,5 juta jika kita lihat rata kurs 1 pound = Rp. 16,500. Flat yang aku tinggali merupakan akomodasi yang disediakan oleh kampus dengan biaya 102.97 pounds per minggunya atau sekitar 440 pounds/ bulan. Walaupun termasuk paling murah dibandingkan dengan akomodasi mahasiswa lain, namun jika biayanya dikonversi ke rupiah bisa tekor nih uang di ATM. Biaya hidup yang tinggi ini membuat kota London dihuni banyak homeless people. Jangan salah, kata siapa kota London yang maju tidak ada pengemisnya. Saat melewati trotoar atau tempat – tempat umum lainnya, kita pasti akan banyak sekali orang yang tidak mempunyai tempat tinggal dan meminta-minta uang recehan. Menurut kabar sih mereka sebenarnya adadah para pendatang dari Rumania atau kaum Gipsi yang memiliki kebiasaan malas. I dunno for sure sih…yang jelas itulah fenoma yang aku lihat selama tinggal di kota ini. Jadi, kota ini bisa dikatakan surga bagi mereka yang kaya karena banyak tempat hiburan dan jaringan bisnis yang luas. Sebaliknya tempat ini bisa menjadi neraka bagi mereka yang miskin. Bayangkan saja jika kita tdiak sanggup membayar tempat tinggal dan biils lainnya, maka kita akan bernasib seperti the homless yang tinggal di jalanan dengan dinginnya udara kota.
  • Kota London itu tertata rapi. Dibandingkan dengan kota-kota besar di Indonesia, kota London jauh sekali lebih tertata dan maju. Pertama, dilihat dari sistem transportasinya. Jika kita sering melihat banyak sekali kemacetan di kota Jakarta, maka kita akan jarang  menemukannya di London. Kenapa? Karena salah satu alasannya adalah sistem transportasinya maju dengan lengkapnya jalur transportasi seperti underground railway yang sudah tersebar di seluruh bawah tanah kota serta bus kota yang tersedia di semua jalur. Setiap bus memiliki nomor dan rute yang berbeda-beda. Untuk menuju ke kampus aku biasa naik bus bernomor 24 dari flat aku tinggal. Untuk melakukan sekali perjalanan, biayanya hanya 1.5 pound. Tapi, bentar dulu gaes…bayar tiketnya tidak pake uang..tapi kartu..namanya Oyster card. Nah, pertama kali menginjakkan kaki di London, kita harus memastikan dulu membeli Oyster card dengan harga 10 pounds. Kemudian Top up atau isi balance nya dengan harga minimal 5 pounds. Dengan jumlah Balance ini, kita sudah bisa berkeliling kota London dengan bus seharian. Mantab kan..hehe. Kartu ini juga bisa dipakai untuk transportasi tube underground. Biasanya sekali jalan rata-rata dikenakan biaya 2.40 pounds. Transportasi ini sangat efektif dikarenakan kecepatan dan laju jalannya yang tanpa ada rintangan.


Well, sampai disini dulu ya gaes…..semoga bisa lain kali bisa berbagi cerita, pengalaman atau ide lain yang menarik di blog ini….Thanks for your visit.. J


London, 28 Desember 2016
  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar