*Aziza Restu Febrianto
Setelah
dinyatakan lulus pendidikan PPG, saya kemudian diwisuda. Proses wisuda ini
dilaksanakan bersamaan dengan wisuda jenjang studi S1 dan S2 tepatnya di Auditorium
kampus UNNES Semarang. Kali ini saya mengalami wisuda untuk yang kedua kalinya,
walaupun belum pernah mengambil pendidikan S2 pada waktu itu. Ketika menjalani
prosesi wisuda, biasanya ada dua hal berbeda yang dirasakan oleh kebanyakan
peserta, yaitu perasaan bahagia karena telah menyelesaikan studi dan
kekhawatiran akan karir di masa depan yang tidak pasti. Namun kondisi ini sama
sekali tidak berlaku bagi saya. Saya hanya percaya bahwa selama ini saya sudah
melakukan apapun yang terbaik, sehingga saya yakin akan mendapatkan yang
terbaik pula di masa yang akan datang kelak.
Ketika
mengikuti upacara wisuda S1 dulu, saya juga tidak terlalu merasa takut dan
khawatir. Saya meyakini bahwa apa yang selama ini saya kerjakan semasa kuliah pasti
akan memberikan dampak di masa depan. Selama kuliah S1, saya sangat aktif
mengikuti kegiatan ekstra maupun menjadi pengurus organisasi internal kampus.
Setelah lulus, saya akhirnya bisa bekerja sebagai guru di sekolah dan pernah
menjadi pegawai kantoran selama dua tahun. Dengan semua pengalaman ini, saya
akhirnya lolos seleksi untuk mengajar di daerah 3T serta memperoleh gelar guru
profesional setelah menyelesaikan kuliah PPG. Semua proses hidup yang saya
lalui dan segala pengalaman yang saya miliki selama kuliah S1 dan dunia kerja inilah
yang akhirnya kelak membantu saya mendapatkan beasiswa S2 di Inggris. Alhamdulillah.
Beberapa hari
menjelang wisuda PPG, saya mendapatkan informasi lowongan guru di sebuah
sekolah internasional di Semarang. Sebagai seorang lulusan PPG dengan
sertifikat guru profesional di tangan, saya tentu sangat tertarik untuk
mendaftar. Yang paling membuat saya tertarik dan penasaran dengan sekolah itu
adalah kurikulumnya yang menggunakan Cambridge
International School. Dengan kurikulum itu, sekolah bisa menyelenggarakan
tes International Generate Certificate of
Secondary Education (IGCSE) dan A
level bagi siswa yang ingin mengambil kuliah S1 di luar negeri. Tanpa menunggu
lama, saya segera menyiapkan surat lamaran dan langsung mendaftar. Selang satu minggu
kemudian, saya mendapatkan informasi melalui telepon bahwa surat lamaran yang saya
ajukan diterima, dan saya diminta untuk mengikuti wawancara. Bahagia sekali
rasanya. Sayapun langsung bergegas mengambil kesempatan itu dan datang ke
sekolah sesuai dengan waktu yang telah disepakati.
Ketika pertama kalinya
masuk gerbang sekolah, saya melihat papan sekolah yang cukup besar bertuliskan
nama sekolah dan logo Cambridge
International Examinations (CIE) sebagai lembaga penyedia tes IGCSE dan A level resmi. Saya kemudian memasuki
ruang lobi dan bertemu dengan seorang penerima tamu. Tentu saja penerima tamu
itu langsung bertanya kepada saya dan uniknya, dengan menggunakan Bahasa
Inggris. Saya menjelaskan bahwa saya adalah seorang kandidat guru yang akan
mengikuti seleksi wawancara. "Oh,
what will you teach?" Tanyanya lagi. "English." Jawabku. "Oh,
English," begitulah respon dia dengan pelafalan yang sempurna layaknya
native speaker atau penutur asli.
Sekolah yang saya
lamar ini tergolong kecil untuk ukuran sekolah dengan semua jenjang pendidikan
yang dimiliki. Tapi kondisinya bersih dan tertata. Menurut saya, semua
fasilitasnya cukup lengkap. Ketika memasuki ruang tengah, mata saya langsung
tertuju pada foto yang terpajang di dinding. Ternyata pemilik sekolah ini
adalah seorang bule. Setelah saya tanyakan foto itu kepada penerima tamu,
ternyata bule itu berasal dari Inggris. Tepatnya kota Manchester. Sayapun
kemudian semakin penasaran dengan sekolah ini dan sangat antusias sekali untuk
mengikuti seleksi wawancara.
Beberapa menit
kemudian, saya dipersilahkan masuk ke ruang meeting
dan wawancara pun langsung dimulai. Saya kaget. Ternyata yang mewawancarai saya
adalah seorang bule juga. Namanya Kerry Newman, seorang guru senior berasal
dari Kanada. "Lumayan nih..sekalian bisa ngetes kemampuan Bahasa
Inggrisku" pikirku dalam hati waktu itu. Singkat cerita, Alhamdulillah,
wawancara berjalan dengan sangat lancar. Saya bisa menjawab semua pertanyaan
dengan cukup lancar dalam Bahasa Inggris. Ada satu kalimat yang paling saya
ingat dari Kerry tentang kesan dia terhadap saya pada waktu wawancara
berlangsung, dan memang itulah yang menjadi momen penanda bahwa saya kelak akan
diterima di sekolah itu tanpa proses lebih lanjut lagi. Dia mengatakan kepada
kepala sekolah, yang waktu itu sedang duduk di sebelahnya, "I think we've found someone we've been looking for."
Sayapun akhirnya
secara cepat diterima menjadi guru di sekolah internasional itu dan langsung mengajar
untuk beberapa kelas. Saya sebenarnya sangat menikmati segala aktivitas
mengajar di sekolah ini karena semua pengalaman yang saya dapatkan dan
teman-teman guru yang baik. Walaupun gak semua baik sih...hehe. Pada awalnya
saya berencana akan mengajar di sekolah ini mungkin skitar dua tahunan, tapi
ternyata karena suatu masalah, saya harus mempercepat masa kerja saya dan segera
mengundurkan diri dari sekolah, yang awalnya saya anggap keren itu.
Fielftrip bersama siswa kelas 7 di Museum Batik Danar Hadi, Surakarta |
Rafting bersama siswa kelas 12 ketika Fieldtrip di Bali |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar