Rabu, 28 Agustus 2019

Buku Kolaborasi 2



KOMPILASI KISAH PARA PEJUANG BEASISWA LPDP merupakan karya emas hasil kolaborasi para penerima beasiswa LPDP alumni Universitas Negeri Semarang (UNNES) dari berbagai angkatan. Beragam kisah para pejuang beasiswa dihadirkan untuk memberikan inspirasi dan rujukan bagi calon penerima beasiswa LPDP. Berbagai latar belakang dan pengalaman yang berbeda para awardee (penerima beasiswa) akan memperkaya khasanah pengetahuan bagi para pembaca untuk sesegera mungkin mempersiapkan diri sebelum mendaftar beasiswa.

Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) merupakan lembaga yang memiliki tanggung jawab langsung kepada Menteri Keuangan dengan berpedoman pada kebijakan Dewan Penyantun yang terdiri dari Menteri Keuangan, Menteri Ristek-Dikti, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, serta Menteri Agama. Beasiswa pendidikan Indonesia LPDP adalah beasiswa favorit bagi para calon Magister dan Doktoral yang akan melanjutkan studi baik dalam negeri maupun luar negeri. Selain pembiayaan studi lanjut, LPDP juga memberikan pelayanan pembiayaan pendanaan penelitian tesis dan disertasi. Pendaftaran beasiswa ini dibuka setiap tahun. Akan tetapi, seleksi yang ketat menjadikan tidak sedikit yang gagal akibat kurangnya persiapan.

Agar berhasil memperoleh beasiswa tersebut, para calon pendaftar perlu mempelajari bagaimana kisah paras penerima beasiswa LPDP. Buku ini mengungkap tentang latar belakang dan pengalaman awardee baik yang kuliah di dalam negeri maupun luar negeri. Buku ini juga berusaha membagikan pengalaman-pengalaman selama mengikuti seleksi maupun menempuh studi. Buku yang anda pegang ini merupakan kumpulan kisah dari 38 awardee LPDP alumni Universitas Negeri Semarang (UNNES) yang berhasil lolos melanjutkan studi Magister dan Doktoral di dalam maupun di luar negeri.

Editor: Sutiyono dan Retno Purwaningsih



Halaman 114 - 119

Sukses Terbesar dalam Hidupku


*Oleh Aziza Restu Febrianto


Nama saya Aziza Restu Febrianto, biasa dipanggil dengan Restu. Saya lahir di sebuah desa kecil bernama Banyubiru yang terletak di sebelah barat kabupaten Ngawi, Jawa Timur. Sejak kecil saya banyak belajar hidup dari kedua orang tua saya. Ayah saya yang merupakan seorang petani banyak memberikan keteladanan akan kerja keras dan kesederhanaan. Walaupun hanya menggarap sawah beberapa petak, beliau tidak pernah berhenti mengerjakan aktivitas lain yang positif setiap harinya. Dari pagi hingga sore hari saya tidak pernah melihatnya menganggur kecuali hanya ketika sedang beristirahat siang untuk sebentar saja. Ayah juga tidak pernah menggantungkan diri pada orang lain ketika merasa kesulitan. Alhamdulillah, di usianya yang sekarang lebih dari 60 tahun, beliau masih sehat dan bugar. Pelajaran lain juga aku dapatkan dari ibuku yang berprofesi sebagai guru SD. Ibu mengajari saya akan hidup mandiri dan pentingnya mencari ilmu. Keteladanan mereka inilah yang menjadi modal awal perjalanan hidup saya.

Sejak kecil saya sangat menggemari bahasa dan budaya. Program dan acara musik dan film berbahasa Inggris di TV selalu menjadi pilihan hiburan saya di waktu luang. Saat itu muncul sebuah keinginan untuk suatu saat nanti bisa mengunjungi langsung semua negara berbahasa Inggris di dunia serta mempelajari kebudayaan dan peradabannya. Kemajuan teknologi, inovasi dan kebiasaan berfikir kritis masyarakat Inggris dan Amerika Serikat selalu membuat saya penasaran. Ingin sekali mempelajari bagaimana kehidupan ekonomi, politik dan budaya mereka sehingga bisa sangat mendominasi dunia. Karena alasan inilah saya harus bisa mempelajari Bahasa Inggris dengan sangat tekun dan menjiwainya. Alhamdulillah, berkat dukungan orang tua, saya bisa mengambil kursus Bahasa Inggris sejak SD kelas 6 atau level dasar hingga intermediate ketika kelas 3 SMA. Kecintaan saya akan Bahasa Inggris ini membuat saya terpilih mewakili beberapa lomba tingkat sekolah di kabupaten. Walaupun belum pernah juara..hehe.

Karena ketertarikan saya akan Bahasa, ilmu budaya dan sosial, setelah lulus SMA saya memilih untuk mendaftar kuliah di Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo dengan mengambil jurusan Ilmu Komunikasi. Namun karena tidak lulus pada saat tes Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) PTN, akhirnya saya mengambil tawaran kuliah di Universitas Negeri Semarang (UNNES) melalui seleksi universitas. Karena di UNNES tidak ada jurusan komunikasi, akhirnya saya memilih Pendidikan Bahasa Inggris sebagai bidang studi saya. Pada awal perkuliahan di UNNES, saya meyakinkan diri untuk bisa aktif di berbagai macam organisasi internal ataupun eksternal kampus. Selain itu saya juga memilih tinggal di sebuah kos yang penghuninya adalah para aktivis mahasiswa. Dengan begitu saya bisa menjadi semakin bersemangat untuk aktif berorganisasi. Selama di UNNES, saya justru banyak menghabiskan waktu lebih untuk kegiatan organsisasi daripada perkuliahan. Bukan karena saya malas kuliah, tapi karena perkuliahan di kelas tidak berlangsung setiap hari. Banyak pengalaman, pelajaran dan koneksi ketika aktif menjadi pengurus organisasi terutama Kerohanian Islam, Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) ataupun Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) seperti English Debating Society (EDS) dan organisasi luar kampus seperti Forum Indonesia Muda (FIM). Di sela waktu kesibukan ini, saya juga ingin belajar mandiri dengan bekerja sebagai tutor/ guru les Bahasa Inggris rumahan dan kantor serta mendaftar beasiswa untuk menambah uang saku.

Bagi saya, kesuksesan itu tidak bisa diukur dengan kekayaan atau harta yang kita miliki. Kesuksesan adalah kepuasan batin yang hanya bisa dirasakan oleh hati dan perasaan kita. Ketika kita menemukan kebahagiaan hati, disitulah kita telah memperoleh kesuksesan. Sebagai seorang muslim, saya menyebutnya keberkahan hidup. Kebahagiaan hati sering saya rasakan ketika apa yang saya cita – citakan dan impikan diwujudkan oleh Tuhan. Selama kuliah di UNNES, saya sangat menikmati ilmu yang sedang saya pelajari, sehingga muncul keinginan untuk bisa melanjutkannya ke jenjang S2 dan menjadi dosen setelah lulus nantinya. Karena orang tua tidak bisa membantu dalam hal biaya, saya memutuskan untuk tetap fokus pada kuliah sambil mencoba mencari beasiswa. Sudah ada beberapa macam beasiswa luar negeri yang saya coba seperti Australian Development Scholarship (ADS) yang sekarang namanya Australian Awards Scholarship (AAS), Fulbright dari Amerika Serikat dan New Zealand Asean Scholarship Awards (NZ-AS) dari Selandia Baru. Namun saya belum pernah beruntung untuk diterima pada salah satu dari ketiga beasiswa itu. Sedih sekali rasanya ketika mengetahui bahwa cita-cita saya belum bisa terwujud, tapi saya tidak pernah berputus asa. Dan ternyata memang Tuhan memiliki rencana lain dalam hidup saya. Pada tahun 2011, saya mendaftar program Sarjana Mendidik di daerah Terdepan, Terluar dan Tertinggal (SM-3T) angkatan pertama dan Alhamdulillah diterima. Keinginan saya mengikuti program ini adalah agar saya bisa menerapkan ilmu dan keterampilan mengajar yang selama ini saya dapat dari bangku kuliah dan pengalaman kerja di tempat-tempat lain di luar Jawa yang membutuhkan bantuan. Selain bisa menikmati keindahan alam dan keanekaragaman budaya setempat, SM-3T juga memberi saya kesempatan untuk mengasah jiwa sosial saya.  Setelah program SM-3T selesai, saya mengikuti Pendidikan Profesi Guru (PPG) di UNNES dengan beasiswa. Alhamdulillah, ilmu dan keterampilan mengajar dan mendidik saya semakin bertambah dengan program ini. Pada fase inilah saya merasakan makna akan kesuksesan itu.

Selesai PPG, saya mengajar di sebuah Sekolah Internasional dan Akademi Pelayaran di Semarang sebelum akhirnya mendaftar beasiswa LPDP. Saya sangat berterimakasih kepada LPDP yang telah memberikan kesempatan kepada saya untuk bisa mengenyam pendidikan di luar negeri setelah gagal dengan beasiswa yang lain. Hanya dengan modal Letter of Acceptance (LoA) saja pastinya tidak cukup untuk kuliah tanpa adanya biaya. Melalui beasiswa LPDP, akhirnya saya bisa berkuliah di universitas impian saya, University College London (UCL), Inggris yang merupakan salah satu universitas terbaik di dunia. Selama kuliah disini, saya banyak mendapatkan ilmu dan tugas seabreg tentunya..hehe. Selain ilmu yang didapat dari perkuliahan, sayapun juga mendapatkan wawasan dan pengalaman melalui kegiatan-kegiatan dan organisasi yang saya ikuti seperti komunitas Inggris-Indonesia, The Anglo-Indonesian Society dan Indonesian Scholars Forum (ISF). Karena mulai suka dengan hal yang berbau penelitian (terutama bidang pendidikan), Alhamdulillah, tahun ini kedua paper ilmiah saya diterima untuk bisa dipresentasikan pada dua buah konferensi internasional di Virginia, Amerika Serikat dan Soria, Spanyol. Keikutsertaan saya pada salah satu konferensi itu didanai oleh LPDP. Saya sangat bersyukur bahwa keinginan saya waktu kecil untuk mengunjungi dua negara super power Inggris dan Amerika serikat dan bisa belajar disana akhirnya terwujud. Sekali lagi terimakasih banyak untuk LPDP. Nah, disinilah makna kesuksesan kembali saya rasakan, yaitu mendapatkan kesempatan untuk menambah ilmu, mengasah keterampilan, bersosial dan membangun jaringan. Dengan sikap optimis, kerja keras dan pasrah hanya kepada Tuhan, saya yakin makna kesuksesan akan kembali saya rasakan di masa yang akan datang. Dan yang paling penting dari itu semua adalah bagaimana kita bisa menjadi orang yang bermanfaat melalui pencapaian-pencapaian kesuksesan yang kita peroleh selama ini. Amin.


Semarang, 28 Agustus 2019


Tidak ada komentar:

Posting Komentar