KOMPILASI KISAH PARA PEJUANG BEASISWA LPDP merupakan karya emas hasil
kolaborasi para penerima beasiswa LPDP alumni Universitas Negeri Semarang
(UNNES) dari berbagai angkatan. Beragam kisah para pejuang beasiswa dihadirkan
untuk memberikan inspirasi dan rujukan bagi calon penerima beasiswa LPDP.
Berbagai latar belakang dan pengalaman yang berbeda para awardee (penerima
beasiswa) akan memperkaya khasanah pengetahuan bagi para pembaca untuk sesegera
mungkin mempersiapkan diri sebelum mendaftar beasiswa.
Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) merupakan lembaga yang memiliki
tanggung jawab langsung kepada Menteri Keuangan dengan berpedoman pada
kebijakan Dewan Penyantun yang terdiri dari Menteri Keuangan, Menteri
Ristek-Dikti, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, serta Menteri Agama. Beasiswa
pendidikan Indonesia LPDP adalah beasiswa favorit bagi para calon Magister dan
Doktoral yang akan melanjutkan studi baik dalam negeri maupun luar negeri.
Selain pembiayaan studi lanjut, LPDP juga memberikan pelayanan pembiayaan
pendanaan penelitian tesis dan disertasi. Pendaftaran beasiswa ini dibuka
setiap tahun. Akan tetapi, seleksi yang ketat menjadikan tidak sedikit yang
gagal akibat kurangnya persiapan.
Agar berhasil memperoleh beasiswa tersebut, para calon pendaftar perlu
mempelajari bagaimana kisah paras penerima beasiswa LPDP. Buku ini mengungkap
tentang latar belakang dan pengalaman awardee baik yang kuliah di dalam negeri
maupun luar negeri. Buku ini juga berusaha membagikan pengalaman-pengalaman
selama mengikuti seleksi maupun menempuh studi. Buku yang anda pegang ini
merupakan kumpulan kisah dari 38 awardee LPDP alumni Universitas Negeri
Semarang (UNNES) yang berhasil lolos melanjutkan studi Magister dan Doktoral di
dalam maupun di luar negeri.
Editor: Sutiyono dan Retno Purwaningsih
E-book dapat dipesan disini: Buku Kompilasi kisah para pejuang beasiswa LPDP
Halaman 114 - 119
Sukses Terbesar dalam Hidupku
*Oleh Aziza Restu Febrianto
Nama saya Aziza
Restu Febrianto, biasa dipanggil dengan Restu. Saya lahir di sebuah desa kecil
bernama Banyubiru yang terletak di sebelah barat kabupaten Ngawi, Jawa Timur.
Sejak kecil saya banyak belajar hidup dari kedua orang tua saya. Ayah saya yang
merupakan seorang petani banyak memberikan keteladanan akan kerja keras dan kesederhanaan.
Walaupun hanya menggarap sawah beberapa petak, beliau tidak pernah berhenti
mengerjakan aktivitas lain yang positif setiap harinya. Dari pagi hingga sore
hari saya tidak pernah melihatnya menganggur kecuali hanya ketika sedang beristirahat
siang untuk sebentar saja. Ayah juga tidak pernah menggantungkan diri pada
orang lain ketika merasa kesulitan. Alhamdulillah, di usianya yang sekarang
lebih dari 60 tahun, beliau masih sehat dan bugar. Pelajaran lain juga aku
dapatkan dari ibuku yang berprofesi sebagai guru SD. Ibu mengajari saya akan
hidup mandiri dan pentingnya mencari ilmu. Keteladanan mereka inilah yang
menjadi modal awal perjalanan hidup saya.
Sejak kecil saya
sangat menggemari bahasa dan budaya. Program dan acara musik dan film berbahasa
Inggris di TV selalu menjadi pilihan hiburan saya di waktu luang. Saat itu muncul
sebuah keinginan untuk suatu saat nanti bisa mengunjungi langsung semua negara
berbahasa Inggris di dunia serta mempelajari kebudayaan dan peradabannya.
Kemajuan teknologi, inovasi dan kebiasaan berfikir kritis masyarakat Inggris
dan Amerika Serikat selalu membuat saya penasaran. Ingin sekali mempelajari
bagaimana kehidupan ekonomi, politik dan budaya mereka sehingga bisa sangat
mendominasi dunia. Karena alasan inilah saya harus bisa mempelajari Bahasa
Inggris dengan sangat tekun dan menjiwainya. Alhamdulillah, berkat dukungan
orang tua, saya bisa mengambil kursus Bahasa Inggris sejak SD kelas 6 atau
level dasar hingga intermediate
ketika kelas 3 SMA. Kecintaan saya akan Bahasa Inggris ini membuat saya
terpilih mewakili beberapa lomba tingkat sekolah di kabupaten. Walaupun belum
pernah juara..hehe.
Karena
ketertarikan saya akan Bahasa, ilmu budaya dan sosial, setelah lulus SMA saya
memilih untuk mendaftar kuliah di Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo dengan
mengambil jurusan Ilmu Komunikasi. Namun karena tidak lulus pada saat tes
Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) PTN, akhirnya saya mengambil tawaran
kuliah di Universitas Negeri Semarang (UNNES) melalui seleksi universitas.
Karena di UNNES tidak ada jurusan komunikasi, akhirnya saya memilih Pendidikan
Bahasa Inggris sebagai bidang studi saya. Pada awal perkuliahan di UNNES, saya
meyakinkan diri untuk bisa aktif di berbagai macam organisasi internal ataupun
eksternal kampus. Selain itu saya juga memilih tinggal di sebuah kos yang
penghuninya adalah para aktivis mahasiswa. Dengan begitu saya bisa menjadi semakin
bersemangat untuk aktif berorganisasi. Selama di UNNES, saya justru banyak
menghabiskan waktu lebih untuk kegiatan organsisasi daripada perkuliahan. Bukan
karena saya malas kuliah, tapi karena perkuliahan di kelas tidak berlangsung setiap
hari. Banyak pengalaman, pelajaran dan koneksi ketika aktif menjadi pengurus
organisasi terutama Kerohanian Islam, Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) ataupun
Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) seperti English Debating Society (EDS) dan
organisasi luar kampus seperti Forum Indonesia Muda (FIM). Di sela waktu
kesibukan ini, saya juga ingin belajar mandiri dengan bekerja sebagai tutor/
guru les Bahasa Inggris rumahan dan kantor serta mendaftar beasiswa untuk
menambah uang saku.
Bagi saya,
kesuksesan itu tidak bisa diukur dengan kekayaan atau harta yang kita miliki.
Kesuksesan adalah kepuasan batin yang hanya bisa dirasakan oleh hati dan
perasaan kita. Ketika kita menemukan kebahagiaan hati, disitulah kita telah
memperoleh kesuksesan. Sebagai seorang muslim, saya menyebutnya keberkahan
hidup. Kebahagiaan hati sering saya rasakan ketika apa yang saya cita – citakan
dan impikan diwujudkan oleh Tuhan. Selama kuliah di UNNES, saya sangat
menikmati ilmu yang sedang saya pelajari, sehingga muncul keinginan untuk bisa melanjutkannya
ke jenjang S2 dan menjadi dosen setelah lulus nantinya. Karena orang tua tidak
bisa membantu dalam hal biaya, saya memutuskan untuk tetap fokus pada kuliah
sambil mencoba mencari beasiswa. Sudah ada beberapa macam beasiswa luar negeri
yang saya coba seperti Australian
Development Scholarship (ADS) yang sekarang namanya Australian Awards Scholarship (AAS), Fulbright dari Amerika Serikat
dan New Zealand Asean Scholarship Awards
(NZ-AS) dari Selandia Baru. Namun saya belum pernah beruntung untuk diterima
pada salah satu dari ketiga beasiswa itu. Sedih sekali rasanya ketika mengetahui
bahwa cita-cita saya belum bisa terwujud, tapi saya tidak pernah berputus asa.
Dan ternyata memang Tuhan memiliki rencana lain dalam hidup saya. Pada tahun
2011, saya mendaftar program Sarjana Mendidik di daerah Terdepan, Terluar dan
Tertinggal (SM-3T) angkatan pertama dan Alhamdulillah diterima. Keinginan saya
mengikuti program ini adalah agar saya bisa menerapkan ilmu dan keterampilan
mengajar yang selama ini saya dapat dari bangku kuliah dan pengalaman kerja di
tempat-tempat lain di luar Jawa yang membutuhkan bantuan. Selain bisa menikmati
keindahan alam dan keanekaragaman budaya setempat, SM-3T juga memberi saya
kesempatan untuk mengasah jiwa sosial saya.
Setelah program SM-3T selesai, saya mengikuti Pendidikan Profesi Guru
(PPG) di UNNES dengan beasiswa. Alhamdulillah, ilmu dan keterampilan mengajar
dan mendidik saya semakin bertambah dengan program ini. Pada fase inilah saya
merasakan makna akan kesuksesan itu.
Selesai PPG,
saya mengajar di sebuah Sekolah Internasional dan Akademi Pelayaran di Semarang
sebelum akhirnya mendaftar beasiswa LPDP. Saya sangat berterimakasih kepada
LPDP yang telah memberikan kesempatan kepada saya untuk bisa mengenyam
pendidikan di luar negeri setelah gagal dengan beasiswa yang lain. Hanya dengan
modal Letter of Acceptance (LoA) saja
pastinya tidak cukup untuk kuliah tanpa adanya biaya. Melalui beasiswa LPDP,
akhirnya saya bisa berkuliah di universitas impian saya, University College London
(UCL), Inggris yang merupakan salah satu universitas terbaik di dunia. Selama
kuliah disini, saya banyak mendapatkan ilmu dan tugas seabreg tentunya..hehe.
Selain ilmu yang didapat dari perkuliahan, sayapun juga mendapatkan wawasan dan
pengalaman melalui kegiatan-kegiatan dan organisasi yang saya ikuti seperti
komunitas Inggris-Indonesia, The Anglo-Indonesian Society dan Indonesian Scholars Forum (ISF). Karena mulai
suka dengan hal yang berbau penelitian (terutama bidang pendidikan), Alhamdulillah,
tahun ini kedua paper ilmiah saya diterima untuk bisa dipresentasikan pada dua buah
konferensi internasional di Virginia, Amerika Serikat dan Soria, Spanyol. Keikutsertaan
saya pada salah satu konferensi itu didanai oleh LPDP. Saya sangat bersyukur bahwa
keinginan saya waktu kecil untuk mengunjungi dua negara super power Inggris dan Amerika serikat dan bisa belajar disana
akhirnya terwujud. Sekali lagi terimakasih banyak untuk LPDP. Nah, disinilah
makna kesuksesan kembali saya rasakan, yaitu mendapatkan kesempatan untuk
menambah ilmu, mengasah keterampilan, bersosial dan membangun jaringan. Dengan
sikap optimis, kerja keras dan pasrah hanya kepada Tuhan, saya yakin makna
kesuksesan akan kembali saya rasakan di masa yang akan datang. Dan yang paling
penting dari itu semua adalah bagaimana kita bisa menjadi orang yang bermanfaat
melalui pencapaian-pencapaian kesuksesan yang kita
peroleh selama ini. Amin.
Semarang, 28 Agustus 2019
Tidak ada komentar:
Posting Komentar