Rabu, 08 Juni 2016

Memilih profesi atau pekerjaan?






Sebelum membahas lebih lanjut mengenai topik ini, alangkah lebih baiknya kita pahami terlebih dahulu definisi apa itu profesi dan pekerjaan. Menurut ensiklopedia bebas, Wikipedia, profesi adalah pekerjaan yang membutuhkan pelatihan dan penguasaan terhadap suatu pengetahuan khusus. Sedangkan pekerjaan merupakan kegiatan yang tidak harus tergantung pada suatu keahlian tertentu. Sehingga setiap orang dimungkinkan memiliki pekerjaan, namun tidak semuanya bertumpu pada suatu profesi. Profesi merupakan pekerjaan, namun tidak semua pekerjaan adalah profesi. Profesi memiliki karakteristik sendiri yang membedakannya dari pekerjaan lainnya. Biasanya orang yang memiliki profesi khusus di bidangnya mendapatkan penghargaan atau bayaran yang baik.

Banyak orang terjebak dalam definisi ini dan berfikir bahwa kesuksesan mereka ditentukan oleh seberapa keras mereka dalam pekerjaan yang mereka tekuni sehari-hari. Memang tidak salah bahwa kesuksesan membutuhkan kerja keras. Namun kerja keras yang seperti apa itu? Coba kita perhatikan kegiatan para penjual roti keliling setiap harinya. Seharian mereka berkeliling kompleks menjajakan dagangannya berharap pulang dengan membawa uang untuk anak dan istrinya. Mungkin ada diantaranya yang sukses dengan pekerjaan ini, akan tetapi terbukti rata-rata penghasilan mereka hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari saja. Berbicara mengenai kesuksesan memang relatif sih dan masing-masing orang memiliki pandangan yang berbeda-beda. Apalagi kalau dihubungkan dengan arti sukses dalam agama, pastinya lebih abstrak lagi urusannya. Dalam topik ini saya lebih melihat kesuksesan dari sudut pandang umum yang ditandai dengan kemampuan seseorang dalam memenuhi paling tidak kebutuhan primer dan sekundernya. 

Saya ambil contohnya profesi mengajar. Tidak sedikit teman-teman sekolah dulu yang mengambil profesi keguruan dengan mengambil kuliah jurusan kependidikan seperti Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP), STIKIP atau Universitas Terbuka (UT). Saya tentunya tidak mengetahui pasti alasan kenapa mereka memutuskan mengambil profesi ini. Yang jelas menurut saya bahwa orang yang melanjutkan studi keguruan dan kependidikan itu sudah tentu cita-citanya menjadi seorang pengajar atau pendidik. Namun, jika melihat realita, ternyata menjalani profesi sebagai pengajar ini tidak semudah yang dibayangkan. Seperti yang kita ketahui bersama, banyak sekali guru di sekolah yang honor dan penghasilannya sangat tidak layak. Hanya guru PNS atau yayasan besar sajalah yang mampu mendapatkan gaji sesuai. Tidak mudahnya mendapatkan kesempatan diangkat PNS atau bisa mengajar di sekolah yayasan besar membuat para lulusan keguruan terpaksa mengabdi menjadi guru honor di berbagai sekolah negeri. Tentu saja mereka juga berfikir bahwa ilmu yang sudah mereka peroleh di bangku kuliah akan sia-sia jika tidak diamalkan dengan menjadi guru di sekolah. Banyak juga diantaranya yang beranggapan bahwa dengan mengabdi di sekolah negeri, suatu saat mereka pasti akan diangkat menjadi PNS. Diantara mereka ada juga yang akhirnya memutuskan untuk tidak menekuni bidangnya ini, lalu beralih profesi. Ada yang memilih bekerja di bank, pabrik atau perusahaan-perusahaan swasta lain yang pastinya lebih memberikan kepastian gaji layak. 

Jika melihat kondisi ini, bisa disimpulkan bahwa rata-rata orang masih menganggap bahwa satu-satunya bentuk kesuksesan adalah mempunyai pekerjaan tetap, uang dan materi. Sehingga pekerjaan apapun walaupun berat dan penuh tekanan tetap mereka jalani untuk bisa mendapatkan jenis keberhasilan ini. Ada pula orang yang berfikir bahwa hidup itu yang paling penting adalah kebahagiaan dan ketenangan. Walaupun mengajar di sekolah dengan gaji yang sedikit, asal bisa berada dekat dengan keluarga dan sanak saudara itu sudah lebih dari cukup. Lalu apa yang seharusnya kita pilih? Profesi guru dengan gaji yang memprihatinkan karena susahnya menjadi PNS? Atau bekerja sebagai karyawan dengan tuntutan dan rutinitas kerja yang harus dijalani? Masing-masing orang punya pilihannya dan setiap pilihan pasti ada konsekuensinya.

Karena kata orang hidup itu adalah soal pilihan, jika diminta memilih antara profesi atau pekerjaan, maka secara tegas saya memilih profesi. Dan profesi yang saya pilih adalah pengajar dan berharap menjadi peneliti. Untuk lebih amannya saya tidak menggunakan istilah profesi guru ataupun dosen karena profesi ini menurut pandangan umum memiliki tuntutan dan ikatan resmi. Sedangkan profesi pengajar dan peneliti itu tidak terbatas pada institusi atau tempat mereka mengabdi, tapi mereka siap ditempatkan dimana saja dan dalam kondisi apapun. Pengajar dan peneliti merupakan profesi yang bebas dan independen. Mereka sangat mencintai bidang yang digelutinya, dengan senang hati mengembangkan keterampilan mengajar mereka dan selalu mempertajam intuisinya. Kenapa saya lebih memilih profesi yang bebas tanpa keterikatan? Saya hanya ingin menanamkan pola pikir bahwa dimanapun saya berada, saya harus terus berkarya dan mengembangkan diri tanpa adanya tuntutan aturan yang terkadang membelenggu kreativitas. Sejatinya, manusia itu menginginkan kebebasan, dan kreativitas manusia itu muncul dari keleluasaan berkarya dan berfikir dengan tanpa adanya paksaan. Well, seperti yang saya sampaikan diatas, tentu pilihan saya ini ada konsekuensinya.

Konsekuensi pertama adalah lambannya saya dalam mendapatkan karir impian (menurut pandangan umumnya orang sih). Pengalaman saya membuktikan bahwa dengan fokus mengasah keterampilan mengajar dan keilmuwan tanpa pendidikan formal membuat saya tertinggal dari teman-teman saya yang sudah mengambil pendidikan formal lanjutan terlebih dulu. Banyak diantara teman-teman kuliah saya dulu memutuskan untuk langsung beralih profesi dengan bekerja di perusahaan besar dan menggunakan sebagian penghasilannya untuk biaya kuliah lagi. Sehingga setelah lulus kuliah, dengan gelar S2 yang didapat, mereka bisa diterima mengajar di perguruan tinggi impian mereka. Berbeda dengan saya yang ingin lebih fokus pada keahlian, keterampilan, wawasan dan ilmu saja. Bukan berarti melanjutkan kuliah formal itu kurang memperhatikan itu. Justru mereka yang melanjutkan pendidikan formal itu tingkat keilmuwan mereka sangat mendalam. Hanya saja, pendidikan formal seperti bukan merupakan tujuan utama saya. Dalam hidup, saya hanya ingin mencari ilmu dan bisa mengamalkannya secara langsung di masyarakat. Sebagai seorang pengajar Bahasa Inggris yang merupakan bahasa internasional, tentu saya mendambakan untuk bisa menimba ilmu di Negara dimana bahasa itu berasal. Selain lamban dalam mendapatkan karir impian, kosekuensi lainnya adalah kesejahteraan yang juga terlambat datang pada saya. Namun, bagi saya untuk mendapatkan sesuatu yang besar, kita harus berani berinvestasi. Fokus pada ilmu dan cita-cita kemudian menahan diri untuk tidak tergoda dengan kesenangan pribadi merupakan modal utama. Sehingga saya lebih suka mengeluarkan uang banyak untuk keperluan profesi daripada membeli hal-hal lainnya. 

Saya sengaja menunda untuk berkuliah S2 di dalam negeri agar supaya saya bisa mengambilnya di negara seperti Australia, Inggris atau Amerika suatu hari nanti dengan beasiswa. Sehingga menurut saya walaupun saya belum mendapatkan karir yang saya inginkan karena masih bergelar S1, saya tidak mau berkecil hati dan terus berlatih mengajar dan mengikuti berbagai macam pelatihan, workshop maupun konferensi. Bagi saya ilmu yang didapat dari praktik dan pengalaman jauh lebih berguna dan bermanfaat. Oleh karena itu jika seandainya saya diberi kesempatan untuk kuliah di luar negeri nanti, bukan gelar atau ijazah yang menjadi satu-satunya tujuan saya, tapi ilmu dan pengalamanlah yang harus menjadi niatan suci itu. Tidak hanya sampai disitu saja, mengenal budaya di beberapa Negara lain serta memiliki jaringan yang luas juga merupakan impian besar saya. Dengan semua pengalaman dan jaringan ini, harapan saya adalah agar saya lebih bisa berguna bagi keluarga, masyarakat dan Negara saya kedepan. Saya meyakini bahwa yang dibutuhkan negara ini bukanlah orang yang hanya ahli dibidangnya saja, akan tetapi mereka yang memiliki pola pikir terbuka, wawasan luas, fleksibilitas, keberanian, rela berkorban dan tidak memikirkan kekayaan atau kesejahteraannya sendiri. Orang-orang seperti inilah yang justru mampu mengendalikan dan membangun sistem yang efektif dan secara massif mempengaruhi orang lain dalam jumlah besar untuk melakukan hal yang sama. Saya tidak bisa membayangkan jika jumlah tipe orang seperti ini semakin banyak di negeri ini, maka visi Indonesia emas tahun 2045 pasti akan segera terwujud.

Ulasan ini menunjukkan secara jelas bahwa memilih bidang pekerjaan dengan bertumpu pada profesi ternyata lebih banyak memberikan manfaat, tidak hanya bagi kita sendiri, tapi juga lingkungan dan bangsa. Semoga kita tidak termasuk orang yang hanya fokus pada pekerjaan, rutinitas dan penghasilan saja, tapi lebih menganggap pekerjaan itu sebagai profesi kita sehingga kita bisa terus berkembang dan bermanfaat. Dan profesi itu hanya bisa diraih melalui ilmu, pengalaman dan keterampilan yang secara terus menerus diasah sampai seseorang itu menjadi ahli di bidangnya.
Ask not what your country can do for you. But ask what you can do for your country
(John F. Kennedy)
Percayalah….. Jika kita terus berkomitmen mencari ilmu dan mengamalkannya secara tulus, Allah akan mencukupkan rezeki kita…. Dimanapun kita berada. Bahkan IA justru akan mengangkat derajat kita. Itulah janjiNya dalam QS. Al-Mujadilah ayat 11.
Hai orang-orang beriman apabila dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majlis", maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar