Tips Singkat Menguasai IELTS
*Aziza Restu
Febrianto
Salah satu syarat wajib untuk
mendaftar kuliah di luar negeri, khususnya di negara berbahasa Inggris adalah
sertifikat tes standar Bahasa Inggris yang biasa kita kenal dengan TOEFL (Test
of English as a Foreign Language) atau IELTS (International English Language
Testing System). Tes Bahasa Inggris ini ibaratnya seperti Surat Ijin Mengemudi/
SIM yang wajib dimiliki seseorang untuk bisa berkendara. Jadi hukumnya adalah
wajib. TOEFL adalah tes Bahasa Inggris yang dikeluarkan secara resmi oleh
sebuah lembaga khusus di Amerika serikat bernama ETS (English Testing System).
Sedangkan yang berhak mengeluarkan IELTS adalah British Council, dari negara Inggris atau Britania Raya (UK) dan
IDP Australia. Karena sistem dan format kedua tes tersebut sangatlah berbeda,
maka kita terlebih dahulu harus menentukan jenis tes mana yang perlu kita
ambil. Tentunya pilihan ini disesuaikan dengan negara dan universitas dimana
kita ingin belajar. Kebanyakan universitas di Amerika Serikat/ USA lebih
mensyaratkan TOEFL iBT, sedangkan IELTS lebih banyak diminta kepada mereka yang
mendaftar hampir semua universitas di UK, Australia, dan Selandia Baru.
Tulisan saya kali ini lebih fokus
membahas tentang IELTS dan cara menguasainya sesuai dengan pengalaman pribadi penulis
yang ingin berkuliah di Inggris. Untuk TOEFL dan persiapannya bisa dibahas di
tulisan yang lain saja. Bagi mereka yang merasa memiliki kemampuan berbahasa
Inggris bagus mungkin mengira bahwa IELTS tidaklah memerlukan banyak belajar
dan latihan. Tapi menurut saya pernyataan ini tidak benar walaupun sebagai
pengecualian ada juga yang bisa menguasainya tanpa persiapan. “Tak Kenal Maka
Tak Sayang.” Mungkin peribahasa ini sangat tepat untuk menggambarkan proses
persiapan IELTS. Saya kira walaupun kemampuan Bahasa Inggris kita sudah bagus
atau bahkan seperti penutur asli/ native
speakers yang sehari-hari sudah memakai Bahasa Inggris, berlatih IELTS pun masih
harus tetap diperlukan. Tujuannya adalah agar kita mengenal dan terbiasa dengan
format dan tipe soalnya. Dengan mengenali format dan tipe soal IELTS, kita akan
dengan mudah dapat menentukan strategi dan cara yang tepat untuk menguasainya
sesuai dengan kondisi kita. Berikut adalah langkah-langkah yang saya terapkan
saat mempersiapkan tes IELTS.
- Membuat target dan rencana waktu mengambil tes
Sebelum belajar
dan berlatih, alangkah lebih baiknya kita tentukan terlebih dahulu kapan kita
akan mengambil tes. Kita bisa melihat jadwal tes di website British Council atau IDP Australia sesuai
dengan lokasi tes yang akan kita pilih. Biasanya tes ini dilaksanakan 2 kali
dalam setiap bulannya dan mengambil hari sabtu. Waktu itu saya memutuskan untuk
mengambil tes pada tanggal 2 April 2016 dan mendaftar tepat dua bulan
sebelumnya, yaitu Februari 2016. Sehingga saya memiliki waktu yang cukup pas
untuk mempersiapkannya. Dengan menentukan jadwal tes dua bulan sebelumnya, saya
bisa memiliki komitmen yang kuat untuk mempersiapkannya. Mendaftar tes IELTS
berarti kita sudah mengeluarkan uang hampir 3 juta rupiah sehingga akan memaksa
kita untuk lebih serius dan sungguh-sungguh dalam mempersiapkannya.
- Membuat rencana belajar, latihan dan simulasi
Setelah
menentukan waktu dan tanggal tes, kita pasti harus membuat sebuah rencana
belajar, latihan dan simulasi. Setiap orang pasti memiliki kesibukannya
masing-masing sehingga sulit sekali untuk menentukan alokasi waktu belajar yang
efektif. Namun, meskipun begitu, saya yakin kita semua pasti tetap memiliki
waktu luang minimal 3 jam setiap harinya, sesibuk apapun kita. Oleh karena itu,
kita pastikan saja paling tidak 3 jam sehari untuk latihan IELTS dan kita
lakukan itu setiap hari. Saat itu saya membagi waktu latihan menjadi 3 bagian dalam
seharinya, yaitu pagi, sore dan malam. Kira-kira formulanya seperti ini.
Sehabis shubuh: Pukul 05.00 – 06.00
Setelah pulang kerja: Pukul 16.00 – 17.00
Setelah sholat isya: Pukul 20.00 – selesai
Ketika kita
sudah membuat jadwal seperti ini, yang harus kita lakukan adalah berkomitmen.
Sepertinya latihan IELTS ini sangatlah berbeda dengan persiapan tes Bahasa
Inggris lainnya. Menurut saya setiap hari kita harus melatih semua bagian yang
diujikan, yaitu Listening, Reading,
Writing dan Speaking secara
bergiliran. Karena Speaking adalah
bagian yang termudah bagi saya, maka saya tidak perlu terlalu fokus pada bagian
ini agar lebih bisa memprioritaskan ketiga bagian yang lain. Pada umunya Writing merupakan bagian yang paling
sulit dan memerlukan latihan yang lebih serius dan intens. Alangkah lebih
baiknya jika kita mempunyai teman yang bisa memberikan feedback atau masukan untuk hasil tulisan kita. Kita bisa juga
mengambil tes simulasi di sebuah lembaga yang berpengalaman untuk mengetahui sejauh
mana kemampuan menulis kita serta mendapatkan feedback darinya. Waktu itu saya mengambil program simulasi IELTS
selama tiga kali di sebuah lembaga profesioal di Semarang dengan harga yang
sangat murah, yaitu 100 ribu rupiah per simulasi. Alhamdulillah, saya juga mendapatkan
masukan yang sangat membantu setelah hasilnya keluar.
- Download semua materi yang reliable dan belajar materi dari website yang terpercaya
Kemudahan akses
internet membuat kita dapat memperoleh materi lebih praktis dan efisien. Kita
tidak perlu mengeluarkan uang banyak untuk membeli buku dan DVD latihan yang
mahal. Berbagai macam buku dan audio tersedia secara gratis di internet yang
dengan mudah kita dapatkan. Ada beberapa orang yang sengaja membagi buku-buku
dan files tersebut secara gratis dan Cuma-cuma di internet sehingga aktivitas
ini saya kira tidaklah melanggar hukum. Selain itu kita juga bisa membaca tips,
materi dan pengalaman orang lain melalui blog dan website pribadi mereka atau
memanfaatkan video-video pengajaran IELTS di YouTube. Berbagai macam video
pengajaran di YouTube sangat bermanfaat sekali sebagai pengganti kursus
persiapan yang mahal. Beberapa video IELTS
di YouTube bagi pembelajar pemula seperti Learn English with Emma, IELTS Academic, IELTS
Advantage, dan beberapa video tips IELTS dari British Council sangat bagus dan recommended
untuk dicoba. Mengenai website, saya sarankan untuk sesekali mengunjungi http://ielts-simon.com dan http://ieltsbuddy.com sebagai dua contoh
referensi atau sumber belajar yang reliable. Di websites ini kita akan
memperoleh banyak sekali contoh essay dan tutorial menulis essay yang sangat
bermanfaat secara langsung dari pengajarnya di kota Manchester, UK.
- Latihan dan Try Out/ Simulasi secara mandiri
Belajar IELTS
tidak akan efektif tanpa adanya latihan dan simulasi. Kita juga harus mengukur
seberapa jauh kemampuan kita mengerjakan IELTS yang sebenarnya dengan simulasi
itu. Yang saya lakukan dulu adalah setiap kali belajar IELTS, haruslah diakhiri
dengan simulasi. Kemudian setelah mengetahui hasilnya, pasti kita akan
menemukan kesalahan. Setiap kesalahan yang kita buat harus dijadikan sebuah pelajaran
dan evaluasi untuk tidak melakukannya lagi ketika mengambil simulasi. Agar
tidak melakukan kesalahan yang sama, kita harus fokus mempelajari materi pada
soal yang jawaban kita salah tadi. Komitmen untuk tidak melakukan kesalahan
yang sama sangatlah penting dalam mempersiapkan IELTS agar kita tidak selalu
mendapatkan skor yang sama atau bahkan lebih rendah dari yang sebelumnya.
Karena simulasi ini harus dilakukan secara rutin, maka kita membutuhkan banyak
contoh soal yang sesuai dengan aslinya. Kita tidak perlu mencari soal sendiri
dengan pergi ke toko buku atau browsing
terlalu lama di internet. Berikut adalah link 9 buku latihan dari Cambridge
University Press yang berisi kumpulan contoh soal IELTS dilengkapi dengan audio
files untuk Listening 9 IELTS Simulation Books. Semua soal yang ada di buku ini sudah pernah diujikan
sebelumnya sehingga ukuran kesulitannya sama persis dengan tes yang sebenarnya.
Setiap buku terdiri dari 4 simulasi yang mencakup 4 bagian (Listening, Reading, Writing, dan Speaking) sehingga terdapat 32 simulasi
yang bisa kita coba. Wow….sudah banyak sekali bukan? Bagi pembelajar pemula,
alangkah lebih baiknya menggunakan buku ini untuk simulasi mandiri secara
berkala, terutama pada bagian Listening.
Listening
Fakta menunjukkan
bahwa kebanyakan orang Indonesia lebih enjoy mendengarkan percakapan dengan
aksen American English serta berusaha
meniru gaya berbicara orang Amerika pada umumnya daripada aksen yang lain karena
kebiasaan kita yang suka menonton film-film dari Amerika serta pengaruhnya
secara global. Jika kita ingin melanjutkan kuliah di Amerika, mungkin kita akan
lebih bisa menyesuaikan diri dengan TOEFL. Tapi jika kita sudah memutuskan
untuk mengambil IELTS, maka kita harus segera mebiasakan diri dengan aksen British English yang sangatlah berbeda.
Menonton berbagai macam British films dan videos sangatlah membantu untuk
permulaan. Namun apabila fokus kita adalah IELTS, maka jenis percakapan yang
kita pelajari juga harus sesuai dengan yang diujikan. Oleh karena itu kita
perlu berlatih secara langsung dengan mengerjakan soal-soal Listening IELTS.
Ketika kita
berlatih Listening dengan menggunakan soal di buku Cambridge IELTS, kita akan
tahu dimana letak kesalahan kita dan kemudian fokus mempelajari kesalahan itu.
Dengan mempelajari kesalahan yang kita buat, kita akan mendapatkan wawasan baru
tentang format dan jenis soal Listening
IELTS. Pada akhirnya kita juga akan semakin terbiasa dengan soal itu dan tidak
akan mendapatkan masalah lagi ketika mengerjakannya. Hal lain yang perlu
diperhatikan saat mengerjakan Listening
IELTS adalah waktu. Ada sedikit strategi penting dalam mengelola waktu ketika
mengerjakan Listening. Pertama, pada
saat instruksi dibacakan, kita tidak perlu memperhatikan apa yang sedang
disampaikan karena kita pasti sudah tahu isinya pada saat latihan. Tapi
langsung saja pikiran kita tertuju pada soal yang ada di depan kita dan kemudian
menebak konteks atau topik yang kira-kira akan dibicarakan. Selanjutnya,
setelah beberapa soal kita kerjakan, maka akan ada jeda yang diberikan kepada
kita untuk mengecek ulang jawaban. Kita tidak perlu melakukannya karena pada
waktu yang sama kita juga diperbolehkan untuk bisa langsung melihat soal
selanjutnya. Langsung saja fokus pada soal berikutnya dan menebak topik serta
jawabannya. Last but not least, saat
mendengarkan dan mengerjakan soal, kita tidak perlu mengisi lembar jawaban yang
tersedia karena kita akan diberikan waktu 10 menit untuk mengisinya di akhir
tes. Jadi untuk sementara kita coret-coret saja lembar soalnya agar kita bisa
lebih fokus.
Reading
Untuk bagian Reading, yang paling diperlukan adalah
strategi yang tepat sesuai denga kemampuan membaca kita karena kita hanya
diberikan waktu 60 menit saja untuk mengerjakan 60 soal. Belum lagi tantangan
membaca teks panjang dengan kosa kata baru yang memerlukan konsentrasi penuh. Strategi
umum untuk Reading adalah membaca
soal dan mencari jawabannya di teks (Scanning).
Kita tidak perlu membaca teks yang panjang itu satu persatu (Skimming) karena akan menghabiskan waktu.
Biasanya jawaban itu lebih mudah ditemukan dengan melihat kata kunci dan
sinonimnya pada soal. Terkadang jawaban itu juga berupa paraphrase atau makna lain dari kalimat tertentu di soal. Oleh
karena itu kita harus jeli dan terbiasa dengan sinonim kata dan paraphrase kalimat atau paragraf. Tapi
kita tidak perlu khawatir dengan tingkat kesulitan bacaan karena topiknya
biasanya adalah General interest atau
topic umum yang sering dibicarakan orang.
Writing
Seperti yang
saya sampaikan di awal, bagian yang paling sulit dan kompleks adalah Writing. Kita memang harus memberikan
perhatian khusus di bagian ini saat belajar dan latihan. Writing dalam tes
IELTS dibagi menjadi dua tugas, yaitu Writing
Task 1 dan Task 2. Di dalam Writing Task 1, tugas kita adalah menuliskan
deskripsi singkat tentang grafik, diagram atau chart kedalam sebuah essay
singkat yang terdiri dari at least 150
kata. Sedangkan untuk Writing Task 2,
kita diminta menuliskan sebuah essay lebih panjang (sekitar 250 kata) mengenai
topik tertentu pada sebuah pertanyaan. Namun, bobot nilai yang terbesar
sebenarnya ada pada Task 2 dengan
ukuran sampai dua kali lipat dari Task 1.
Oleh karena itu strateginya adalah tetap fokus dan memprioritaskan Task 2 atau kita bisa mengerjakannya
lebih dahulu. Dalam kasus saya, sebagus apapun ide, tata bahasa dan kosa kata
kita saat menulis essay di Task 2, jika ternyata tulisan tidak
menjawab secara fokus dan spesifik tentang apa yang ditanyakan, maka skor kita
akan dibawah 6. Sehingga sebelum memulai membuat essay, kita harus memastikan terlebih dahulu topik apa yang dibahas
serta informasi relevan apa yang perlu
dimasukkan.
Speaking
Bagi saya,
speaking merupakan bagian yang paling menyenangkan karena konsepnya yang lebih
sederhana dan dilaksanakan setelah ketiga bagian tes selesai. Waktu tesnya juga
disesuaikan dengan jadwal giliran yang sudah ditentukan oleh lembaga
penyelenggara. Jika kita mendapatkan giliran tengah atau belakang, maka kita
akan mempunyai waktu luang yang lebih banyak untuk mempersiapkannya. Speaking test ini bentuknya adalah
wawancara dengan native speaker yang pertanyaannya juga seputar kehidupan
sehari-hari. Ketika mengikuti speaking test dulu, pertanyaan awal yang
diberikan kepada saya adalah “Have you
ever waited for something?” yang kemudian melebar dengan pertanyaan lain
yang related. Cukup mudah bukan?
Bagian Speaking IELTS ini dibagi lagi menjadi 3
tugas, yaitu Speaking 1, 2 dan 3.
Diawali dengan soal yang paling sederhana di Speaking 1 sampai terkompleks dan abstrak di Speaking 3. Untuk persiapannya kita hanya perlu sesering mungkin
berbicara Bahasa Inggris bersama rekan atau sendiri di depan cermin. Sesekali
kita juga perlu merekam suara kita agar kita bisa mengetahui performance kita
sendiri saat berbicara dan melakukan evaluasi.
- Mengambil Try Out/ Simulasi dari lembaga
Jika target skor
IELTS yang ingin kita capai cukup tinggi, misalnya at least overall 7.0 dengan minimal 6.5 pada tiap bagian, maka
menurut saya mengambil tes tanpa simulasi sangatlah beresiko. Mengambil Try Out atau simulasi di lembaga
terpercaya sangatlah penting untuk memastikan apakah kita benar-benar sudah
siap dengan tes yang sesungguhnya. Karena kita sudah mendaftar dan mengeluarkan
uang cukup banyak, menyiapkan tes dengan sungguh-sungguh adalah hal yang
mutlak. Bagi saya, IELTS bukanlah tes coba-coba karena selain biayanya yang
cukup mahal, mengerjakannyapun juga membutuhkan pemikiran dan jerih payah yang
tidak biasa. Oleh karena itu sebelum kita mengambil tes IELTS, lebih baik kita
pastikan dulu niat dan alasan kita kenapa harus mengambilnya.
Mengambil
simulasi di sebuah lembaga resmi juga memberikan banyak manfaat. Selain
biayanya yang tidak mahal, kita juga mendapatkan soal dan suasana layaknya tes
yang sesungguhnya. Pastinya kita juga bisa memperoleh feedback atau masukan setelah hasil tes kita keluar untuk evaluasi
dan memperbaiki cara belajar. Dibandingkan dengan simulasi mandiri, mengambil
simulasi di lembaga bisa membuat kita menjadi lebih disiplin dan berkomitmen
karena selama mengerjakan soal pastinya kita juga diawasi seperti halnya tes
yang sebenarnya. Karena program simulasi di lembaga ini dihususkan untuk
persiapan IELTS, maka soal yang diberikan pun biasanya dibuat jauh lebih susah
dari yang aslinya. Tujuan pastinya adalah agar kita menjadi terbiasa dengan soal-soal
yang sulit agar bisa lancar mengerjakan yang asli.
Dalam waktu dua
bulan persiapan, saya harus mengalokasikan waktu untuk mengambil simulasi ini
paling tidak 3 kali. Yang pertama, saya ingin mengetahui sejauh mana pencapaian
belajar saya. Pada simulasi yang kedua, tentunya saya ingin tahu apakah saya
bisa mendapatkan skor yang lebih baik dari hasil sebelumnya. Dan simulasi yang
terakhir merupakan tolak ukur keberhasilan saya saat mengambil tes yang
sebenarnya.
Alhamdulillah, dengan cara yang
saya tulis ini, saya mendapatkan skor IELTS yang bisa saya gunakan untuk
diterima pada program Master di hampir semua universitas terbaik di negara
berbahasa Inggris. Tapi yang terpenting dari itu semua adalah saya bisa
mendapatkan Unconditional Offer atau
tawaran studi tak bersyarat di universitas impian saya. Hanya tulisan singkat
ini yang bisa saya bagikan karena pastinya masih banyak sekali tips dan
strategi lain yang bisa ditemukan di berbagai sumber sebagai perbandingan. Semoga
tulisan ini bisa memberi manfaat walaupun setiap orang pasti juga memiliki cara
belajar dan latihan yang berbeda dalam mempersiapkan IELTS.
Ngawi, 17 Agustus 2016