Semangat Baru
*Aziza Restu Febrianto
Pada
awal perkuliahan, saya masih merasakan beban karena memang menjadi guru sejak
dari awal bukanlah cita-cita saya. Beban ini menjadi terasa setelah mengetahui
bahwa menjadi guru pada jaman sekarang itu susah. Untuk mendapatkan
kesejahteraan yang layak, guru harus memiliki status PNS atau mengajar di
sekolah swasta yang memang peduli akan gaji guru. Padahal seleksi untuk menjadi
guru PNS itu susah sekali, berbeda dengan jaman ibu saya dulu.
Waktu
itu saya harus selalu berusaha mencari alasan agar tetap bersemangat dan
optimis akan masa depan saya meskipun kuliah di bidang keguruan. Dalam benak
saya, saya masih muda, dan saya yakin semuanya pasti bisa berubah asalkan saya dapat
mengambil hikmah dari semua keputusan dan berusaha menjadi pribadi yang lebih
baik. Fokus saya pada saat itu adalah keterampilan Bahasa Inggris saya. Jika
profesi guru bukanlah tujuan saya, kemampuan berbahasa saya harus tetap terus meningkat.
Saya tidak ingin semangat untuk mengembangkan keterampilan bahasa saya menjadi
menurun karena harus memikirkan masa depan.
Ketika
menjalani kuliah, saya bertemu dengan berbagai macam orang dengan latar
belakang yang berbeda, baik yang kuliah di pendidikan maupun di
non-kependidikan. Diantara teman yang saya kenal, kebanyakan berasal dari Jawa
Tengah, dan jumlah mahasiswa yang berasal dari Jawa Timur seperti saya bisa
dihitung dengan jari. Saya banyak belajar dari mereka, terutama dari orang yang
memang berkuliah di jurusan keguruan. Saya melihat betapa semangatnya mereka
menjalani perkuliahan yang sudah mereka ambil dengan banyak berdiskusi dan
mengerjakan tugas. Namun, pada saat itu saya masih belum tergugah untuk
menekuni bidang keguruan.
Saya
justru lebih antusias lagi ketika melihat mahasiswa yang tidak hanya aktif berkuliah,
tapi juga berorganisasi namun prestasi akademiknya juga tidak kalah bagusnya. Saya berkeyakinan bahwa suatu saat nanti nasib
saya akan berubah. Saya bisa saja tidak menjadi guru ketika lulus nanti asalkan
saya mau mengembangkan keterampilan saya diluar perkuliahan seperti mereka.
Walaupun begitu, tidak ada satupun terbesit pemikiran untuk pindah kuliah atau
jurusan. Saya merasa kuliah di kampus ini adalah amanah dari orang tua yang
memang sudah mantab dengan pilihan ini.
Beberapa
bulan kemudian saya bertekad bahwa saya harus tetap maksimal dalam kuliah.
Maksimal disini saya artikan bahwa kuliah itu tidak hanya fokus pada kegiatan
akademik saja. Bagi saya kuliah yang benar itu adalah memastikan bahwa semua peran
dan tanggung jawab saya sebagai seorang mahasiswa itu memang saya ambil. Waktu itu saya sudah memahami bahwa
mahasiswa itu seharusnya tidak hanya berkutat pada kuliah, kantin dan kos (3K),
tapi mereka seharusnya juga mengembangkan keterampilan lain diluar bidangnya.
Selain itu mereka hendaknya juga memiliki daya kritis dan peka terhadap isu-isu
yang terjadi di lingkungan sekitar mereka.
Menyadari
bahwa saya tidak begitu aktif organisasi di sekolah dulu, dalam hati saya
berjanji untuk tidak hanya perkuliahan saja yang saya ikuti selama di kampus.
Dari awal kuliah hingga lulus, saya sudah mengikuti berbagai macam organisasi seperti
Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) tingkat fakultas, Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM)
Paduan suara dan Kerohanian Islam (Rohis) baik di tingkat jurusan, fakultas
maupun universitas. Bahkan pada saat semester 5, saya sempat terpilih menjadi
ketua Rohis Fakultas Bahasa dan Seni.
Keaktifan
saya dalam banyak organisasi ini yang membuat saya disibukkan dengan kegiatan
non-akademik seperti rapat, kegiatan-kegiatan kampus dan latihan paduan suara.
Sebenarnya kegiatan ini cukup menyita perhatian dan waktu saya terhadap tugas
perkuliahan. Namun saya merasa tidak memiliki masalah dalam kegiatan kuliah dan
tugas akademik. Modal keterampilan dan kebiasaan berbahasa Inggris sejak
sekolah cukup menjadi modal saya untuk survive
di bidang akademik. Sehingga waktu itu saya tidak terlalu memberikan prioritas
pada urusan kuliah.
Saya
bersyukur semua kegiatan non-akademik itu sama sekali tidak mempengaruhi nilai
akademik saya. Waktu itu memang saya juga berusaha belajar membagi waktu.
Pernah juga saya lembur mengerjakan tugas semalaman di kampus karena memang
siangnya harus mengikuti banyak kegiatan organisasi. Dengan keaktifan di
organisasi dan performa akademik yang masih aman, saya sangat beruntung bisa
mendapatkan beasiswa dari pemerintah yang bisa meringankan biaya kuliah.
Melalui kegiatan berorganisasi, saya juga belajar keterampilan berbicara di
depan umum (public speaking),
negosiasi, dan membangun jaringan (networking).
Kunjungan Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Bahasa dan Seni, UNNES ke Universitas Negeri Malang (UM) Periode 2007/ 2008 |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar