Setiap
jaman selalu menawarkan tantangan yang berbeda. Keadaan manusia di masa kini
tentu sangat berbeda dengan masa lalu akibat perubahan yang diciptakan oleh
manusia itu sendiri. Perubahan ini merupakan sebuah keniscayaan karena manusia
selalu ingin mencari dan menemukan berbagai macam cara agar hidupnya semakin
menjadi lebih baik dan mudah. Mereka selalu memastikan bahwa semua pekerjaan
bisa dilakukan dengan cara efektif dan efisien.
Semua
perubahan yang ada tentu saja berimplikasi pada nilai dan tatanan kehidupan
manusia yang secara perlahan mulai bergeser. Kebiasaan manusia menjadi berubah.
Manusia kemudian cenderung meninggalkan cara-cara lama, yang sudah tidak
relevan dan tidak dibutuhkan pada jamannya. Banyak yang menganggap perubahan
itu adalah peluang, tapi tidak sedikit pula orang yang merasa takut dan
khawatir akan kehadirannya. Salah satu implikasi dari perubahan yang sering
membuat orang khawatir adalah dampaknya terhadap dunia pendidikan, terutama bagi
anak-anak mereka.
Pada
jaman dahulu, orang belajar melalui interaksi tatap muka atau face to face antar anggota keluarga,
sekolah dan masyarakat sekitar (cara konvensional). Mereka yang mempunyai akses
terhadap buku bisa belajar dengan referensi yang lebih lengkap. Namun, ketika radio
dan televisi (TV) ditemukan, banyak orang kemudian mempunyai sumber belajar
baru, yaitu berita dan informasi yang disajikan melalui alat elektronik itu.
Akhirnya mereka yang mempunyai radio atau televisi tidak lagi hanya mengandalkan
cara lama atau konvensional untuk belajar sesuatu.
Teknologi
dan informasi semakin berkembang dari waktu ke waktu, yang kemudian
mempengaruhi kebiasaan orang dalam belajar. Terciptanya alat komunikasi seperti
Handphone (HP) pada pertengahan abad
ke-20 memudahkan orang untuk saling berkomunikasi. Mereka kemudian memanfaatkan
alat ini untuk saling bertukar informasi. Untuk mendapatkan pasar dan
pelanggan, semua perusahaan HP kemudian saling bersaing untuk merebut perhatian
masyarakat. Persaingan inilah yang akhirnya memunculkan inovasi dan
perkembangan dunia komunikasi dan informasi hingga saat ini. Berawal dari HP
yang dulunya hanya bisa digunakan untuk berkomunikasi saja melalui sinyal radio,
berkembang menjadi HP pintar yang terkoneksi dengan internet. Dari jaringan yang
bermula dari 0G menjadi 4G atau bahkan 5G, yang membuat koneksi semakin cepat.
HP
pintar atau Smartphone yang kita
miliki saat ini tentu secara signifikan telah merubah gaya dan kebiasaan orang
dalam belajar. Orang yang sebelumnya hanya bisa mengakses internet melalui
komputer, sekarang bisa melakukannya hanya dengan menggunakan HP. Saat ini,
hampir semua orang termasuk anak-anak dan remaja sering mengakses internet
melalui HP. Tidak hanya informasi tertulis di website atau blog yang mereka dapatkan
ketika berselancar di internet, tapi juga rekaman suara hingga video berkualitas
HD (High Definition).
YouTube
adalah salah satu platform media
sosial yang menawarkan kesempatan bagi orang untuk mendapatkan informasi dan
saling berbagi pengetahuan dalam bentuk video. Siapapun bisa menikmati berbagai
macam video atau bahkan berbagi video melalui YouTube. Orang yang suka berbagi
video ini biasa dikenal dengan dengan Vloggers.
Banyaknya orang yang berbagi video ini akhirnya menjadikan YouTube sebagai
satu-satunya media sosial yang paling disukai oleh masyarakat, termasuk para
remaja. Sebuah badan peneliti yang berbasis di Amerika Serikat, Pew Research Center tahun lalu telah
mengungkap bahwa para remaja usia belasan tahun saat ini lebih tertarik
menggunakan YouTube daripada media sosial lainnya.
Untuk
kalangan remaja, YouTube ternyata memiliki daya pikat paling kuat diantara
media sosial lain seperti Facebook, Instagram, Snapchat ataupun Twitter.
Penelitian Pew menunjukkan bahwa 85 persen remaja usia 13-17 lebih senang
membuka YouTube. Setelah YouTube, media sosial yang banyak disukai oleh remaja
ini adalah Instagram dengan persentase 72 persen. Jumlah remaja yang dulunya
menyukai Facebook akhirnya merosot tajam hingga 51 persen saja. Yang
mengejutkan adalah mayoritas remaja ini (95 persen) menggunakan semua media
sosial itu melalui HP mereka sendiri, atau tanpa bimbingan orang tua.
Menurut
studi yang sama, alasan utama para remaja menggunakan YouTube adalah karena platform ini memiliki karakteristik
layanan yang sederhana, tapi kaya informasi. Mereka menganggap YouTube adalah
model TV yang baru. Namun, berbeda dengan TV, mereka bisa menikmati video
apapun yang mereka mau melalui YouTube. Mereka bahkan bisa berbagi informasi
dengan mengunggah video yang mereka buat sendiri untuk para penonton lain.
Mereka juga bisa mendapatkan penghasilan melalui video itu jika telah ditonton
minimal seribu orang atau telah memenuhi persyaratan dari YouTube.
Kegandrungan
remaja terhadap YouTube tentu saja memiliki dampak positif dan negatifnya.
Namun penulis tidak sedang berfokus pada itu. Yang jelas YouTube telah berperan
menjadi sumber belajar sekaligus media berekspresi para generasi muda masa
kini. Informasi apapun tersedia disana. Berbagai macam tutorial, presentasi,
kuliah ataupun workshop bisa ditemukan disana, bahkan bisa saja langsung dari
pakarnya. Video yang bisa dinikmati juga kebanyakan sangat menarik. Yang
menjadi pertanyaan, jika para remaja sekarang banyak mengandalkan YouTube
sebagai sumber belajar, lalu bagaimanakah peran guru di sekolah?
Untuk
menjawab pertanyaan ini, semua harus kita kembalikan pada hakikat tugas guru
dalam pendidikan. Menurut Undang-undang No. 14 Tahun 2005, guru merupakan
pendidik profesional yang memiliki tugas utama, yaitu mendidik, mengajar, membimbing,
mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan formal
mulai dari pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar hingga pendidikan
menengah. Jadi tugas guru itu banyak sekali, tidak hanya mengajar atau memberikan
informasi saja. Semua tugas ini tentu saja tidak bisa dilakukan atau digantikan
oleh para Vloggers di YouTube.
YouTube
memang menyediakan berbagai macam video informasi yang tentu saja sangat
berguna bagi semua orang terutama remaja. Video informasi itu bahkan bisa
diakses kapanpun sesuai dengan kebutuhan. Bukan searah atau satu sudut pandang
seperti TV. Namun, pada kenyataannya YouTube tetap tidak bisa menggantikan
peran guru di kelas. Ada banyak peran yang ternyata tidak bisa diambil alih
oleh platform media sosial itu. Misalnya, dalam proses pembelajaran, ketika
siswa sudah memperoleh pengetahuan, mereka kemudian diberikan tugas untuk
mengasah kemampuan dan keterampilan. Kegiatan ini tentu memerlukan bimbingan
dan evaluasi yang tidak bisa diberikan oleh YouTube. Ketika mendapatkan
masalah, siswa juga memerlukan seseorang untuk bertanya dan berkonsultasi. Guru
kemudian memberikan masukan dan feedback sesuai dengan kebutuhan siswa. Hanya
guru kelaslah yang bisa melakukan ini.
Yang
jadi masalah sebenarnya bukanlah peran guru kelas yang bisa saja tergantikan
oleh YouTube, tapi gap informasi antara
yang disampaikan oleh guru dengan yang diberikan oleh para vloggers. Siswa yang sering menonton video dari YouTube tentu
memiliki wawasan dan pengetahuan yang luas. Siswa itu akhirnya menemukan
gurunya sendiri di internet. Guru mereka itu bahkan bisa banyak, atau bahkan
adalah pakar di bidangnya. Dengan kebiasaan menonton YouTube ini, sangat mungkin
sekali jika pengetahuan yang dimiliki oleh siswa itu menjadi lebih banyak dan akurat
daripada gurunya. Pengetahuan mereka itu juga bisa lebih up to date atau aktual daripada yang dimiliki oleh gurunya.
Ada
beberapa sikap yang seharusnya dimiliki oleh guru dalam menghadapi para
generasi milenial semacam itu di kelas. Pertama, guru harus sadar bahwa luasnya
wawasan dan keakuratan pengetahuan yang dimiliki oleh siswa melalui berbagai
sumber di internet itu merupakan sesuatu hal yang wajar, karena mereka tumbuh
di jaman yang penuh dengan informasi. Wawasan yang dimiliki oleh siswa seharusnya
tidak dianggap sebagai suatu ancaman bagi guru. Para guru seharusnya justru bahagia
dan bangga melihat siswanya pintar. Mereka hendaknya juga senang melihat siswanya
yang suka berdebat, mengkritik atau bahkan menguji kemampuan gurunya. Bukan malah
merasa terancam.
Yang
kedua, keberadaan YouTube merupakan sebuah kenyataan yang tidak terelakkan.
YouTube harusnya dianggap sebagai salah satu sumber dan media pembelajaran di
kelas. Banyak hal menarik yang bisa guru manfaatkan untuk mendukung
pembelajarannya di kelas. Misalnya, mereka bisa memakai lagu, film pendek atau
permainan yang tersedia di YouTube untuk mengajar agar siswa mereka senang
mengikuti pembelajarannya.
Agar
tidak tertinggal oleh siswanya, guru hendaknya juga selalu memperbarui
pengetahuannya melalui berbagai macam konten terkini yang ada di YouTube. Jika
ingin bisa dekat dan diterima oleh siswanya di kelas, guru tentu juga harus
mengetahui kehidupan mereka. Untuk itu, guru perlu tahu kebiasaan para
siswanya. Kalau perlu, mereka bisa menonton video-video yang biasanya disukai
oleh siswanya itu. Mereka kemudian merancang dan menerapkan pembelajaran yang
sesuai dengan kebiasaan dan kebutuhan siswa. Dengan demikian, mereka bisa lebih
mudah mengatur para peserta didiknya itu di kelas.
YouTube
faktanya telah menjadi sebuah platform
media sosial yang paling berpengaruh di masa kini. Di masa depan, YouTube bisa
diprediksi akan mengalami banyak perubahan. Teknologi informasi dan komunikasi
akan selalu berkembang di masa yang akan datang, memberikan tantangan baru lagi
bagi para generasi yang baru. Oleh karena itu, kita hendaknya menjadikan
YouTube dan internet sebagai rekan kita, bukan sebagai ancaman. Yang kita
perlukan hanyalah mengatur dan mengontrol penggunaannya untuk kebaikan bersama,
termasuk pendidikan.
Artikel ini pernah dimuat di kompasiana: